B. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
Masuk dan berkembangnya
Islam di Andalusia (Spanyol) selama lebih kurang tujuh setengah abad telah
membuka ckarawala baru dalam sejarah Islam. Pada saat itu umat Islam di Spanyol
telah mencapai kemajuan yang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. Hal ini ditandai dengan bermunculan figur-figur ilmuan yang sukses
di bidangnya masing-masing. Sampai dengan saat ini, buah karya ilmuan muslim di
Spanyol telah menjadi bahan rujukan para akademisi, baik di Barat maupun di
Timur.
Meskipun terjadi
persaingan sengit antara penguasa Abbasiyah di Baghdad dengan Umayyah di Spanyol,
namun hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selamanya berupa peperangan.
Walaupun umat Islam berpecah dalam beberapa kesatuan politik, tetapi kesatuan
budaya Islami tetap terjaga dengan baik. Bahkan, perpecahan umat Islam di
Spanyol pada masa Muluk at-Thawaif juga tidak menyebabkan mundurnya peradaban
dan justru pada masa itu merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian
dan kebudayaan Spanyol Islam. Muluk at-Thawaif juga disebut-sebut berhasil
mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang lebih maju.
Satu hal yang tidak
dapat dipungkiri, bahwa kemajuan peradaban Islam di Spanyol pada saat itu telah
berimbas pada bangkitnya Renaisans di dunia Barat pada abad pertengahan
sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi bangsa Eropa.
Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi
sehingga dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di Timur dan Kairo di Mesir.
Kemajuan Eropa yang
terus berkembang sampai saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu
pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Meskipun banyak saluran
yang menjadi media bagi peradaban Islam dalam mempengaruhi Eropa, namun Spanyol
adalah saluran yang terpenting. Salah satu tokoh yang paling berpengaruh di
Eropa adalah Ibn Rusyd. Dia telah melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan
kebebasan berpikir. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, sehingga menimbulkan
gerakan Averroisme (Ibn Rusyd). Berawal dari gerakan Averroisme ini-lah di
Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad
ke-17 M.
Pengaruh peradaban
Islam di Eropa, berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar
di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti: Universitas Cordoba,
Seville, Malaga, Granada dan Salamanca.
Adapun beberapa
kemajuan intelektual dan fisik yang berhasil dicapai oleh umat Islam di Spanyol
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Dalam bidang filsafat,
Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke-9 M selama
pemerintahan Muhammad bin Abdurrahman. Kajian tentang filsafat ini dilanjutkan
oleh penguasa berikutnya, yakni Al-Hakam (961-976 M) yang mengeluarkan
kebijakan untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari Timur dalam
jumlah yang besar.
Kekuasaan Islam di Spanyol merupakan jembatan
penyeberangan ilmu pengetahuan Yunani dari Arab ke Eropa pada abad ke-12. Tokoh
utama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn
Al-Sayigh yang lahir di Saragosa dan lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh lainnya
adalah Ibn Thufail yang lahir di sebuah dusun kecil sebelah timur Granada.
Pada akhir abad ke-12
juga muncul seorang pengikut Aristoteles yang berasal dari Andalusia (Spanyol).
Beliau adalah Ibn Rusyd. Namanya mencuat karena pemikirannya dalam filsafat
telah membawa kemajuan pesat, tidak hanya di dunia Islam, tetapi juga bagi
dunia Barat. Ibn Rusyd dilahirkan di Cordoba pada tahun 520 H/1126 M.
Karya paling penting
yang dihasilkan oleh Ibn Rusyd dalam bidang filsafat adalah Tahafut at-Tahafut
sebagai jawaban atas serangan Al-Ghazali atas rasionalisme dalam karyanya
Tahafut al-Falasifah. Berkat karyanya tersebut, Ibn Rusyd menjadi filosof
paling terkenal di dunia muslim, sedangkan di kalangan Yahudi dan Kristen, dia
dikenal sebagai komentator Aristoteles.
2. Bidang Geografi dan Sains
Spanyol Islam
(Andalusia) juga banyak melahirkan ilmuan di bidang sains. Dalam bidang
Matematika, pakar yang paling terkenal adalah Ibn Sina. Bidang Matematika juga
melahirkan Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga dikenal sebagai ahli di
bidang teknik. Dalam bidang Fisika muncul tokoh Ar-Razi yang telah berhasil
membuat sejumlah substansi dan proses kimiawi. Dalam bidang Kimia dan
Astronomi, selain Abbas ibn Farmas juga dikenal Ibrahim ibn Yahya An-Naqqash.
Abbas ibn Farmas adalah penemu pembuatan kaca dari batu, sedangkan Yahya
An-Naqqash dikenal sebagai orang yang dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari.
Para tokoh muslim di
Spanyol juga memperoleh prestasi di bidang ilmu pengetahuan alam, terutama ilmu
botani murni dan terapan. Mereka melakukan berbagai penelitian yang akurat
tentang perbedaan jenis kelamin berbagai tanaman. Pada abad ke-12, di Seville,
hidup Abu Zakariya Yahya ibn Muhammad ibn Al-Awwam yang telah mampu
menghasilkan karya di bidang agrikultur, yaitu Al-Filahah. Karya ini tidak
menjadi referensi penting di dunia Islam, tetapi menjadi karya istimewa pada
abad pertengahan. Buku tersebut menjelaskan sekitar 585 jenis tanaman serta
mengungkapkan perkembangbiakan lebih dari 50 jenis buah. Tapi sayangnya,
menurut Hitti, buku yang sangat istimewa tersebut tidak terlalu dikenal oleh
penulis Arab.
Ilmuan yang paling terkenal dalam bidang botani dan
farmasi di Spanyol, bahkan di seluruh dunia Islam, adalah Abdullah ibn Muhammad
Al-Baythar yang lahir di Malaga. Di antara karyanya adalah al-Mughni fi
al-Adwiyah al-Mufradah tentang pengobatan dan al-Jami’ fi al-Adwiyah
al-Mufradah yang merupakan catatan mengenai obat-obatan dari binatang, sayuran
dan mineral. Ahli obat-obatan lainnya adalah Ahmad ibn Ibas dari Cordova.
Sementara itu, Umm Al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz
adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita
Ibn Al-Khatib (1313-1374 M) adalah dokter ternama di
Granada. Dia telah pernah mengarang sebuah buku tentang penyakit menular dan
epidemia. Pada saat itu Al-Khatib muncul di antara dokter-dokter di Eropa, dia
menerangkan dengan baik tentang bentuk dan penyebab penyakit epidemia. Selain
itu, Ibn Khatima juga seorang dokter yang masyhur dan wafat pada tahun 1369 M.
Dia juga menulis tentang penyakit menular.
Ahli geografi paling terkenal pada abad ke-11 M adalah
Al-Bakri, seorang Arab Spanyol. Al-Bakri adalah ahli geografi pertama dari
muslim Barat yang karyanya mampu bertahan sampai sekarang. Sedangkan penulis
geografi dan ahli kartografi paling cerdas pada abad ke-12 adalah Al-Idrisi,
seorang keturunan bangsawan Arab Spanyol. Setelah Al-Idrisi, kepustakaan
geografi berbahasa Arab dapat dikatakan tidak sepenuhnya menampilkan
originalitas, tapi lebih banyak bercerita tentang kisah para petualang.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi
Dalam bidang sejarah,
Spanyol Islam telah melahirkan banyak penulis sejarah terkenal, di antaranya
Zubair dari Valancia yang menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim di
Mediterania serta Sisilia. Tokoh lainnya, Ibn Al-Khatib yang menulis sejarah
tentang Granada dan Ibn Khaldun yang merumakan seorang perumus filsafat
sejarah. Karya besar lainnya yang ditulis oleh sejarawan Spanyol Islam adalah
Tarikh Iftitah Al-Andalus yang ditulis oleh Ibn Qutyah, dia lahir dan
dibesarkan di Cordoba, wafat pada tahun 977 M. Selain itu, karya besar lainnya
ditulis oleh Ibn Hayyan yang berjudul Al-Muqrabis fi Tarikh Ar-Rizal
Al-Andalus. Ibnu Khaldun adalah ahli sejarah yang sangat terkenal melalui
karyanya Miqaddimah. Sebagai seorang ilmuan yang mencoba merumuskan hukum-hukum
kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, Ibn Khaldun juga dianggap sebagai penemu
sejati cabang ilmu sosiologi. Tidak ada penulis Arab, atau pun Eropa yang
pernah meletakkan sudut pandang sejarah dengan begitu komprehensif dan
filosofis. Menurut Hitti, semua pendapat kritis bersepakat bahwa Ibn Khaldun
merupakan filosof sejarah terbesar yang pernah dilahirkan Islam sepanjang masa.
Umat Islam di Spanyol juga melahirkan beberapa orang
penulis biografi. Salah satu yang pertama di antara mereka adalah Abu Al-Walid
ibn Abdullah Al-Faradhi yang lahir pada 962 M di Cordova. Satu-satunya karya
Ibn Al-Faradhi adalah Tarikh Ulama al-Andalus yang masih ada sampai sekarang.
4. Bidang Agama dan Hukum Islam
Umat Islam di Spanyol
menganut Mazhab Maliki pada awalnya diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abdurrahman
yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa
Hisyam bin Abdurrahman. Ahli Fiqih lainnya yang terkenal di Spanyol adalah Abu
Baki, Ibn Al-Qutiyah, Munzir, Ibn Said Al-Batuthi dan Ibn Hazm. Selain itu, Ibn
Rusyd yang juga ahli fiqih telah menulis sebuah kitab fiqih monumental yang
dinamai dengan Bidayatul Mujtahid. Sampai dengan saat ini, kitab tersebut masih
menjadi rujukan dalam bidang fiqih, khususnya di Indonesia.
Dalam bidang keagamaan,
di Spanyol saat itu juga hidup sufi terkenal, yaitu Abu Bakar Muhammad ibn Ali
Muhyidin ibn Arabi. Dia dilahirkan di Murcia pada tahun 1165 M dan menghabiskan
sebagian besar hidupnya di Seville sampai 1202 M dan wafat di Damaskus pada
1240 M. Di antara sekian banyak karyanya yang berpengaruh adalah al-Futuhat
al-Makkiyah dan Fishush al-Hikam.
Kejayaan Islam di
Andalusia juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu tafsir. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Norasid dan Abdullah dalam artikelnya, bahwa
“pengajian ilmu tafsir pastinya menjadi salah satu cabang ilmu fundamental yang
bertapak seterusnya berkembang pesat di Andalus selain teras ilmu hadith,
Bahasa Arab, falsafah, perubatan, astronomi dan sebagainya”.
5. Bidang Musik dan Kesenian
Indikasi kemajuan
bidang seni dan musik di Spanyol, ditandai dengan berdirinya sekolah music di
Cordoba yang didirikan oleh Zaryab, seorang artis terbesar di zamannya. Zaryab
adalah siswa sekolah musik Ishaq Al-Mausuli di Baghdad. Sekolah tersebut
akhirnya menjadi model bagi sekolah musik lainnya yang bermunculan di Villa,
Toledo, Valencia dan Granada. Ziryab adalah seorang musisi yang pernah
mengharumkan istana Harun Ar-Rasyid yang tidak hanya memperoleh popularitas
sebagai artis, tetapi juga sebagai seorang ilmuan dan sastrawan. Ketenarannya
itu menimbulkan kecemburuan dari gurunya yang sama-sama populer, Ishaq
Al-Maushuli. Akhirnya Ziryab melarikan diri ke Afrika Barat Laut. Ziryab
bersinar sebagai seorang penyair sekaligus astronom dan ahli geografi. Ziryab
menjadi figur paling popular pada masa itu dan bahkan menjadi pencipta tren.
Perkembangan seni musik di Spanyol, memberikan
pengaruh yang cukup besar pada seni musik di kawasan Eropa. Ketika masyarakat
Kristen menerima model lirik lagu muslim, nyanyian Arab menjadi populer di
seluruh semenanjung Spanyol. Dalam bidang seni kerajinan, umat Islam di Spanyol
menyebarkan dan mengembangkan semua bidang seni dan kerajinan yang dikenal oleh
umat Islam. Dalam bidang kerajinan logam, yang meliputi seni dekorasi,
pengembangan pola-pola relief atau ukiran, kemudian melapisinya dengan emas dan
perak serta penggambaran berbagai karakter. Salah satu peninggalan seni yang
paling tua adalah gambar Hisyam V (976-1009 M) yang terdapat di atas altar
tinggi di Katedral Gerona di atas bentuk peti mati kayu dilapisi sepuhan perak.
Lukisan tersebut mengambil bentuk repouse dengan beberapa lengkungan berbentuk
Spiral. Salah satu bidang seni yang cukup berkembang adalah seni porselen dan
pelapisan logam. Impor produk-produk ini memberikan dasar yang baik bagi
pengembangan industry porselen di Poitier. Dari Spanyol, kemudian industry
tersebut diperkenalkan ke Italia. Dalam ragam bentuk karya seni porselen,
khususnya keramik lantai dan faince biru, muslim Spanyol dikenal memiliki
keistimewaan tersendiri.
6. Bidang Bahasa dan Sastra
Di antara tokoh bidang
bahasa dan sastra yang lahir di Spanyol adalah Al-Qali, yang dikenal dengan
karyanya Al-Kitab Al-Bari fil Al-Lughah dan Az-Zubaidy, seorang ahli tata
bahasa dan filologi. Tokoh lainnya dalam bidang sastra dan bahasa sebagaimana
disebut oleh Yatim dalam bukunya: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah,
Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan ibn Usfur dan Abu
Hayyan Al-Gharnathi. Dalam bidang sastra, penulis yang paling terkenal adalah
Ibn Abd Rabbihi (860-940 M) dari Cordova yang merupakan penyair kesayangan
Abdurrahman III. Tapi pujangga terbesar dan memiliki pemikiran murni dari
kalangan muslim Spanyol adalah Ali ibn Hazm (994-1064 M). Selain itu, penyair
terkenal lainnya adalah Abu al-Walid ibn Zaidun (1003-1071 M). Dia dianggap
oleh beberapa orang sebagai penyair terbesar di Andalusia (Spanyol). Seiring
dengan perkembangan sastra yang pesat di Spanyol, karya-karya sastra-pun banyak
bermunculan, di antaranya: Al-Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, Al-Dzakirah fi
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab Al-Qalaid karya Al-Fath ibn
Khaqan.]Puisi-puisi Arab memberikan
kontribusi penting pada munculnya skema sastra yang tegas tentang cinta
platonic dalam bahasa Spanyol pada awal abad ke-8.
7. Bidang Pembangunan Fisik
Dalam bidang fisik,
Spanyol Islam telah mendirikan bangunan-banguan dan berbagai fasilitas, seperti
perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan
air, irigasi, roda air dan lain-lain. Istana-istana dan mesjid-mesjid besar
yang megah serta tempat pemandian dan taman juga disatukan dalam kota yang
tertata dengan teratur. Di Cordoba terdapat 700 mesjid dan 300 buah pemandian umum.
Istana Raja Az-Zahra yang dibangun di kaki gunung dan menghadap sungai
Quadalquiurr memiliki 400 buah ruangan. Di atas istana tersebut terdapat
jembatan yang melintasi sungai dengan konstruksi lengkung sebagai penyangga.
Karena air sungai tidak dapat diminum, penguasa muslim juga membuat saluran air
dari pegunungan sepanjang 80 km. Kemegahan Islam Spanyol juga dapat dilihat di
Granada. Kota ini mengambil tempat pada sebuah dataran tinggi yang tersubur dan
termasyhur di Spanyol. Rio Darro mengalir membelah jantung kota ini. Rio Darro
adalah sebuah kanal besar yang sangat panjang yang digali pada masa
pemerintahan Bani Ahmar di Granada. Kanal ini digali mulai dari pegunungan
Searra Nevada, yang membujur jauh di sebelah timur laut kota Granada. Puncaknya
selalu diselimuti salju dan memutih bersih saat ditimpa sinar matahari. Orang-orang
Arab di Spanyol telah memperkenalkan hidrolik untuk tujuan irigasi; dam untuk
mengecek curah air hujan dan waduk untuk konservasi (penyimpanan air).
Pengaturan hidrolik dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) yang
berasal dari Persia. Kaum Arab di Spanyol memperkenalkan metode pertanian yang
dipraktikkan di Asia Barat. Mereka menggali kanal-kanal, menanam anggur dan
tanaman lainnya. Mereka juga memperkenalkan padi, aprikot, persik, delima,
jeruk, tebu, kapas dan kunyit. Kemajuan pertanian merupakan salah satu sisi
keagungan peradaban Islam di Spanyol dan menjadi hadiah abadi yang diberikan
oleh orang Arab di daratan Eropa tersebut. Produk-produk industri dan pertanian
Spanyol Muslim lebih dari cukup untuk konsumsi domestik. Seville adalah satu
pelabuhan besar yang mengekspor kapas, zaitun, minyak dan kain. Melalui
Iskandariyah dan Konstantinopel produk-produk muslim Spanyol memperoleh
pasarnya sampai jauh ke India dan Asia Tengah. Pemerintah Spanyol juga membuat
lembaga mata uang dengan dinar sebagai satuan emas dan dirham sebagai satuan
perak. Uang Arab digunakan di kerajaan-kerajaan Kristen di Utara yang hampir
empat ratus tahun tidak memiliki mata uang, selain mata uang Arab dan Perancis.
Semua monument karya seni religius di Spanyol telah musnah, kecuali satu yang
paling tua dan paling indah, yaitu Mesjid Cordova. Sedangkan monument-monumen
non religius seperti istana Alcazar di Seville dan Alhamra di Granada, dengan
dekorasinya yang besar, megah dan indah merupakan contoh peninggalam paling
agung di Spanyol. Model dekorasi Spanyol muslim mencapai puncak kebesarannya
pada bangunan istana Dinasti Nashiriyah, yaitu Al-Hamra. Sebagian besar
dekorasi interior istana tersebut dipenuhi oleh kaligrafi . Bagian paling indah
dan paling agung adalah istana singa. Di tengah-tengah istana tersebut terdapat
dua belas patung singa yang terbuat dari Porselen dan tegak berdiri dalam
lingkaran.
C. Runtuhnya Kerajaan Andalusia
Kekuasaan Islam di
Spanyol telah banyak memberikan sumbangan yang tidak ternilai bagi peradaban
dunia saat ini. Tetapi imperium yang begitu besar di daratan Eropa ini pada
akhirnya juga mengalami nasib yang sangat memilukan. Para penguasa muslim tidak
melakukan Islamisasi secara sempurna di Spanyol dan membiarkan penduduk Spanyol
mempertahankan hukum dan adat mereka. Pemerintah Islam terlalu cepat merasa
puas hanya dengan setoran upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen asalkan mereka
tidak melakukan perlawanan bersenjata kepada pemerintah Islam.
1. Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya
Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia
Masa kejayaan Islam di
Spanyol dimulai pada saat kendali pemerintahan dipegang oleh Abdurrahman III
dan dilanjutkan oleh puteranya, Hakam. Pada masa kedua penguasa tersebut,
keadaan politik dan ekonomi di Spanyol mengalami puncak kejayaan dan
kestabilan. Setelah Hakam II wafat, dia digantikan oleh Hisyam II yang pada
saat itu baru berusia 11 tahun. Karena usia yang masih sangat muda, Hisyam II
tidak mampu mengendalikan kekuasaan. Akhirnya roda pemerintahan dikendalikan
oleh ibunya dengan bantuan Muhammad ibn Abi Umar yang dikenal dengan Hajib
Al-Mansur, seorang yang haus kekuasaan. Akhirnya khalifah hanya dijadikan
sebagai boneka. Setelah Hajib Al-Mansur wafat, dia digantikan oleh anaknya
Abdul Malik Al-Muzaffar, kemudian Al-Muzaffar digantikan oleh Abdurrahman yang
gemar berfoya-foya serta tidak disenangi oleh rakyat sehingga keadaan negara
menjadi tidak stabil. Pada tahun 1009 M, khalifah mengundurkan diri, kemudian
beberapa orang mencoba untuk menduduki jabatan khalifah, tetapi tidak ada yang
mampu memperbaiki keadaan di Spanyol. Akhirnya pada tahun 1013, Dewan Menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah sehingga Spanyol terpecah
dalam banyak sekali kerajaan kecil yang menguasai kota-kota tertentu. Di sisi
lain, munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinastin kecil) secara politis juga
menjadi sebab kemunduran Islam di Spanyol. Melemahnya kekuasaan Islam di
Spanyol, telah diketahui oleh orang-orang Kristen sehingga mereka bersiap-siap
untuk menyerang pemerintahan Islam. Kerajaan Kristen Aragon berhasil Huesea
pada tahun 1096 M, Saragosa (1118 M), Tyortosa (1148 M) dan Kenida pada tahun
1149 M. Pada tahun 1212 M, koalisi raja-raja Kristen berhasil menaklukkan Las
Navas De Tolosa yang menyebabkan Dinasti Muwahhidun menarik diri dari Spanyol.
Sebagian besar kota penting yang awalnya dikuasai oleh Islam, akhirnya satu per
satu jatuh ke tangan pihak Kristen.
Pada pertengahan abad
ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai oleh Islam adalah Granada
di bawah pimpinan Dinasti Ahmar. Pada awalnya, para penguasa Kristen membiarkan
keberadaan Dinasti Ahmar dengan syarat membayar pajak kepada penguasa Kristen,
tapi akhirnya di antara mereka terjadi perselisihan sehingga kekuasaan Dinasti
Ahmar menjadi terancam. Selain itu, dalam tubuh Dinasti Ahmar sendiri juga
terjadi perebutan kekuasaan yang mengakibatkan munculnya perang saudara.
Akhirnya pada tahun 1492 M, Granada, yang merupakan benteng terakhir umat Islam
di Spanyol dapat dikuasai oleh penguasa Kristen Spanyol.Nasib umat Islam pasca
penaklukan Granada oleh penguasa Kristen sangat menyedihkan. Pada tahun 1556 M,
penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh wilayah Spanyol,
bahkan pada tahun 1566 M, penggunaan bahasa Arab dilarang di Spanyol.
2. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk
Menguasai Kembali Andalusia
Setelah berhasil
menaklukkan Spanyol, para penguasan muslim tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna dengan membiarkan penduduk Spanyol memeluk agamanya serta diberi ruang
untuk mempertahankan hukum dan tradisi mereka sendiri. Pemerintah Islam hanya
mewajibkan membayar pajak kepada negara bagi penduduk Spanyol. Lambat laun,
kondisi ini menjadi bumerang bagi pemerintah Islam, di mana penduduk Kristen
Spanyol terus menyusun kekuatan untuk menggulingkan penguasa muslim.
Pada perkembangan
selanjutnya, di Spanyol bermunculan beberapa kerajaan yang didirikan oleh
orang-orang Kristen, di antaranya: Kerajaan Leon dan Castile, Kerajaan Navarre
dan Kerajaan Aragon. Kemelut yang diciptakan oleh para penguasa Kristen ini
juga menjadi pemicu melemahnya kekuasaan Islam di Spanyol. Para penguasa
Kristen tersebut bermaksud ingin menguasai kembali Spanyol. Dikisahkan
bahwa, kelompok orang-orang Katholik yang menolak kehadiran kaum muslimin di
Spanyol melarikan diri ke perbatasan Spanyol bagian Utara yang merupakan
kawasan pegunungan dan terdiri dari lembah dan gua sehingga cocok dijadikan
sebagai tempat persembunyian. Mereka mengangkat Pelayo (718-747 M) sebagai
pemimpin pertama di pengasingan yang semasa dengan amir Islam di Spanyol,
Abdurrahman. Ibu kota kerajaan Katholik ini berada di Cangas de Onis dan
kemudian dipindahkan ke Oviedo pada masa pemerintahan Alfonso II. Raja
tersebesar Khatolik Spanyol adalah Alfonso III yang semasa dengan Muhammad bin
Abdurrahman II, pemimpin Islam Andalusia (Spanyol).
Ketika Garcia I (909-914 M) memerintah, ibu kota
kekuasaan Katholik dipindahkan ke Leon. Ketika Ordono III (951-956 M) naik
tahta, dia mengakui hegemoni kekhalifahan Islam di Spanyol yang saat itu
dipimpin oleh Abdurrahman An-Nashir. Para penguasa Kristen pada saat itu
membayar upeti kepada pemerintahan Islam. Pada abad ke-10, Kerajaan Kristen
Navarre menampakkan kekuasaannya setelah berhasil merebut sebagian wilayah
Arragon. Pada saat pemerintahan Sancho III Garces (1005-1035 M), dia menyatukan
wilayah Navarre, Castile, Leon dan Sobrarbe di bawah kekuasaannya. Kerajaan
Kristen lainnya yang muncul di saat umat Islam Spanyol dalam keadaan lemah
adalah Kerajaan Aragon pada tahun 1035 M. Kemudian pada tahun 1179 M, Alfonso
dari Aragon membuat perjanjian dengan Kerajaan Castile untuk memberikan
kesempatan kepada Kerajaan Aragon menghadapi Arab di Valencia. Perkembangan kerajaan
Kristen Spanyol menjelang terusirnya umat Islam dari Semenanjung Iberia
tersebut lebih banyak terlibat pergolakan politik dengan Perancis, Inggris,
Portugal, Itali dan Sisilia. Pada perkembangan selanjutnya, Ferdinan II
(1479-1516 M) dari Aragon mengawini Isabella dari Castile dan menggabungkan
kedua kerajaannya menjadi satu. Gabungan dua kerajaan tersebut dikenal dengan
Reyes Catolicos atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Catholic Kings. Setelah
berhasil menaklukkan kekuasaan Islam di Spanyol, para penguasa Kristen
melakukan pemaksaan kepada umat Islam di Spanyol untuk berpindah agama atau
keluar dari Spanyol. Semua buku dan naskah-naskah berbahasa Arab dibakar oleh
para penguasa Kristen. Umat Islam yang tetap tinggal di Spanyol, banyak di antara
mereka yang menjadi kripto-muslim, yaitu orang yang mengaku Kristen, tetapi
secara diam-diam mempraktikkan ajaran Islam. Sebagian umat Islam yang pulang
dari pesta pernikahan ala Kristen, kemudian secara diam-diam melakukan
pernikahan kembali sesuai dengan ajaran Islam. Banyak pula umat Islam yang
mengadopsi nama Kristen sebagai nama publik, tetapi menggunakan nama Arab secara
pribadi.
D. Hancurnya Peradaban Islam di Andalusia
1. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat
Para Ahli dalam Menggali Budaya Islam
Pada tahun 1212 M, umat
Kristen mengadakan serangan besar-besaran ke Spanyol dengan mengatasnamakan
perang suci di Eropa. Mereka dapat menghimpun bantuan sukarelawan yang terdiri
dari orang-orang Perancis, Jerman, Inggris dan Itali. Serangan tersebut
dihadapi oleh pasukan Khalifah Al-Mansur Billah bersama 600.000 tentara di Las
Navas de Toloso, sekitar 70 mil sebelah timur Cordova. Pada saat itu pasukan
Kristen dipimpin oleh Raja Castile, Alfonso VIII. Dalam pertempuran tersebut
pasukan Kristen dapat mengalahkan pasukan Islam dan menyebabkan berkahirnya
kekuasaan Al-Muwahhidun di Spanyol. Karim menyebutkan bahwa, kemunduran dan
kehancuran Islam di Andalusia disebabkan oleh para penguasa Islam yang cukup
puas menerima upeti dari penguasa Kristen dan tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna di Spanyol. Sementara kehadiran bangsa Arab di Spanyol menimbulkan
rasa iri bagi penduduk Kristen dan kondisi ini turut membangkitkan rasa
kebangsaan umat Kristen di Spanyol. Selain itu, loyalitas militer Islam sebagai
tentara bayaran juga sangat diragukan. Di sisi lain, etnis-etnis non Arab di
Spanyol juga sering menjadi perusak perdamaian.
Setelah kekalahan besar yang dialami Muwahhidun yang menewaskan ratusan
ribu umat Islam, pasukan Kristen yang memenangkan pertempuran tersebut terus
melakukan penaklukan Andalusia selama empat puluh tahun. Seluruh wilayah
Spanyol dikuasai Kristen, kecuali Granada. Namun demikian, seiring dengan
serangan terhadap kekuatan kaum muslimin di bagian utara, tekanan hebat juga terus
dilancarkan oleh para penguasa Kristen terhadap kaum muslim di Granada yang
berada di kawasan selatan Spanyol. Akhirnya Granada sebagai kekuasaan terkahir
umat Islam juga terpaksa menyerah kepada penguasa Kristen.
Pada awal abad ke-16,
seluruh Semenanjung Iberia (Spanyol) berada di bawah kekuasaan Kristen. Setelah
mereduksi kaum muslimin di Spanyol ke dalam perbudakan, Gereja Katholik Roma
kini berkonsentrasi untuk menjadikan budak-budak muslim tersebut sebagai
Kristen Trinitarian. Umat Kristen di Spanyol terus melakukan usaha-usaha untuk
mengeliminasi semua umat Islam yang masih mempraktikkan nilai-nilai Islam di
Spanyol.
Proses pengalihan agama
kaum muslimin ke dalam agama Kristen dipercepat dengan cara memecah belah
keluarga mereka. Berdasarkan dekrit yang dikeluarkan oleh Ratu Isabella, semua
pria di bawah usia 14 tahun dan wanita di bawah usia 12 tahun harus dipisahkan
dari keluarga mereka dan diserahkan kepada Gereja Katholik Roma untuk
dibesarkan sebagai Kristen Trinitarian.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa yang Menguasai Ilmu
Pengetahuan dari Islam
Kemajuan berbagai
peradaban dan ilmu pengetahuan di dunia Barat saat ini tidak terlepas dari
kontribusi besar umat Islam di Spanyol. Pada masa itu, banyak orang-orang Eropa
yang datang ke Spanyol untuk belajar kepada umat Islam. Para mahasiswa asal
Eropa yang datang ke Spanyol, selain untuk mempelajari berbagai ilmu
pengetahun, mereka juga melakukan penerjemahan berbagai karya umat Islam di
Spanyol ke dalam bahasa-bahasa Eropa.[
Setelah pulang dan memperoleh ilmu pengetahuan dari
Spanyol, para mahasiswa asal Eropa mendirikan sekolah dan universitas di negeri
mereka. Universitas pertama yang didirikan di Eropa adalah Universitas Paris
pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman
pertengahan, di Eropa telah berdiri 18 universitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar