Kamis, 08 Desember 2016

B. Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
Masuk dan berkembangnya Islam di Andalusia (Spanyol) selama lebih kurang tujuh setengah abad telah membuka ckarawala baru dalam sejarah Islam. Pada saat itu umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Hal ini ditandai dengan bermunculan figur-figur ilmuan yang sukses di bidangnya masing-masing. Sampai dengan saat ini, buah karya ilmuan muslim di Spanyol telah menjadi bahan rujukan para akademisi, baik di Barat maupun di Timur.
Meskipun terjadi persaingan sengit antara penguasa Abbasiyah di Baghdad dengan Umayyah di Spanyol, namun hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selamanya berupa peperangan. Walaupun umat Islam berpecah dalam beberapa kesatuan politik, tetapi kesatuan budaya Islami tetap terjaga dengan baik. Bahkan, perpecahan umat Islam di Spanyol pada masa Muluk at-Thawaif juga tidak menyebabkan mundurnya peradaban dan justru pada masa itu merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan Spanyol Islam. Muluk at-Thawaif juga disebut-sebut berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang lebih maju.
Satu hal yang tidak dapat dipungkiri, bahwa kemajuan peradaban Islam di Spanyol pada saat itu telah berimbas pada bangkitnya Renaisans di dunia Barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi bangsa Eropa. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi sehingga dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di Timur dan Kairo di Mesir.
Kemajuan Eropa yang terus berkembang sampai saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Meskipun banyak saluran yang menjadi media bagi peradaban Islam dalam mempengaruhi Eropa, namun Spanyol adalah saluran yang terpenting. Salah satu tokoh yang paling berpengaruh di Eropa adalah Ibn Rusyd. Dia telah melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, sehingga menimbulkan gerakan Averroisme (Ibn Rusyd). Berawal dari gerakan Averroisme ini-lah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.
Pengaruh peradaban Islam di Eropa, berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti: Universitas Cordoba, Seville, Malaga, Granada dan Salamanca.
Adapun beberapa kemajuan intelektual dan fisik yang berhasil dicapai oleh umat Islam di Spanyol adalah sebagai berikut:
1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Dalam bidang filsafat, Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke-9 M selama pemerintahan Muhammad bin Abdurrahman. Kajian tentang filsafat ini dilanjutkan oleh penguasa berikutnya, yakni Al-Hakam (961-976 M) yang mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari Timur dalam jumlah yang besar.

Kekuasaan Islam di Spanyol merupakan jembatan penyeberangan ilmu pengetahuan Yunani dari Arab ke Eropa pada abad ke-12. Tokoh utama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn Al-Sayigh yang lahir di Saragosa dan lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh lainnya adalah Ibn Thufail yang lahir di sebuah dusun kecil sebelah timur Granada.
Pada akhir abad ke-12 juga muncul seorang pengikut Aristoteles yang berasal dari Andalusia (Spanyol). Beliau adalah Ibn Rusyd. Namanya mencuat karena pemikirannya dalam filsafat telah membawa kemajuan pesat, tidak hanya di dunia Islam, tetapi juga bagi dunia Barat. Ibn Rusyd dilahirkan di Cordoba pada tahun 520 H/1126 M.
Karya paling penting yang dihasilkan oleh Ibn Rusyd dalam bidang filsafat adalah Tahafut at-Tahafut sebagai jawaban atas serangan Al-Ghazali atas rasionalisme dalam karyanya Tahafut al-Falasifah. Berkat karyanya tersebut, Ibn Rusyd menjadi filosof paling terkenal di dunia muslim, sedangkan di kalangan Yahudi dan Kristen, dia dikenal sebagai komentator Aristoteles.
2. Bidang Geografi dan Sains
Spanyol Islam (Andalusia) juga banyak melahirkan ilmuan di bidang sains. Dalam bidang Matematika, pakar yang paling terkenal adalah Ibn Sina. Bidang Matematika juga melahirkan Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga dikenal sebagai ahli di bidang teknik. Dalam bidang Fisika muncul tokoh Ar-Razi yang telah berhasil membuat sejumlah substansi dan proses kimiawi. Dalam bidang Kimia dan Astronomi, selain Abbas ibn Farmas juga dikenal Ibrahim ibn Yahya An-Naqqash. Abbas ibn Farmas adalah penemu pembuatan kaca dari batu, sedangkan Yahya An-Naqqash dikenal sebagai orang yang dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari.
Para tokoh muslim di Spanyol juga memperoleh prestasi di bidang ilmu pengetahuan alam, terutama ilmu botani murni dan terapan. Mereka melakukan berbagai penelitian yang akurat tentang perbedaan jenis kelamin berbagai tanaman. Pada abad ke-12, di Seville, hidup Abu Zakariya Yahya ibn Muhammad ibn Al-Awwam yang telah mampu menghasilkan karya di bidang agrikultur, yaitu Al-Filahah. Karya ini tidak menjadi referensi penting di dunia Islam, tetapi menjadi karya istimewa pada abad pertengahan. Buku tersebut menjelaskan sekitar 585 jenis tanaman serta mengungkapkan perkembangbiakan lebih dari 50 jenis buah. Tapi sayangnya, menurut Hitti, buku yang sangat istimewa tersebut tidak terlalu dikenal oleh penulis Arab.

Ilmuan yang paling terkenal dalam bidang botani dan farmasi di Spanyol, bahkan di seluruh dunia Islam, adalah Abdullah ibn Muhammad Al-Baythar yang lahir di Malaga. Di antara karyanya adalah al-Mughni fi al-Adwiyah al-Mufradah tentang pengobatan dan al-Jami’ fi al-Adwiyah al-Mufradah yang merupakan catatan mengenai obat-obatan dari binatang, sayuran dan mineral. Ahli obat-obatan lainnya adalah Ahmad ibn Ibas dari Cordova. Sementara itu, Umm Al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita
Ibn Al-Khatib (1313-1374 M) adalah dokter ternama di Granada. Dia telah pernah mengarang sebuah buku tentang penyakit menular dan epidemia. Pada saat itu Al-Khatib muncul di antara dokter-dokter di Eropa, dia menerangkan dengan baik tentang bentuk dan penyebab penyakit epidemia. Selain itu, Ibn Khatima juga seorang dokter yang masyhur dan wafat pada tahun 1369 M. Dia juga menulis tentang penyakit menular.
Ahli geografi paling terkenal pada abad ke-11 M adalah Al-Bakri, seorang Arab Spanyol. Al-Bakri adalah ahli geografi pertama dari muslim Barat yang karyanya mampu bertahan sampai sekarang. Sedangkan penulis geografi dan ahli kartografi paling cerdas pada abad ke-12 adalah Al-Idrisi, seorang keturunan bangsawan Arab Spanyol. Setelah Al-Idrisi, kepustakaan geografi berbahasa Arab dapat dikatakan tidak sepenuhnya menampilkan originalitas, tapi lebih banyak bercerita tentang kisah para petualang.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi
Dalam bidang sejarah, Spanyol Islam telah melahirkan banyak penulis sejarah terkenal, di antaranya Zubair dari Valancia yang menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim di Mediterania serta Sisilia. Tokoh lainnya, Ibn Al-Khatib yang menulis sejarah tentang Granada dan Ibn Khaldun yang merumakan seorang perumus filsafat sejarah. Karya besar lainnya yang ditulis oleh sejarawan Spanyol Islam adalah Tarikh Iftitah Al-Andalus yang ditulis oleh Ibn Qutyah, dia lahir dan dibesarkan di Cordoba, wafat pada tahun 977 M. Selain itu, karya besar lainnya ditulis oleh Ibn Hayyan yang berjudul Al-Muqrabis fi Tarikh Ar-Rizal Al-Andalus. Ibnu Khaldun adalah ahli sejarah yang sangat terkenal melalui karyanya Miqaddimah. Sebagai seorang ilmuan yang mencoba merumuskan hukum-hukum kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, Ibn Khaldun juga dianggap sebagai penemu sejati cabang ilmu sosiologi. Tidak ada penulis Arab, atau pun Eropa yang pernah meletakkan sudut pandang sejarah dengan begitu komprehensif dan filosofis. Menurut Hitti, semua pendapat kritis bersepakat bahwa Ibn Khaldun merupakan filosof sejarah terbesar yang pernah dilahirkan Islam sepanjang masa.
Umat Islam di Spanyol juga melahirkan beberapa orang penulis biografi. Salah satu yang pertama di antara mereka adalah Abu Al-Walid ibn Abdullah Al-Faradhi yang lahir pada 962 M di Cordova. Satu-satunya karya Ibn Al-Faradhi adalah Tarikh Ulama al-Andalus yang masih ada sampai sekarang.
4. Bidang Agama dan Hukum Islam
Umat Islam di Spanyol menganut Mazhab Maliki pada awalnya diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abdurrahman yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman. Ahli Fiqih lainnya yang terkenal di Spanyol adalah Abu Baki, Ibn Al-Qutiyah, Munzir, Ibn Said Al-Batuthi dan Ibn Hazm. Selain itu, Ibn Rusyd yang juga ahli fiqih telah menulis sebuah kitab fiqih monumental yang dinamai dengan Bidayatul Mujtahid. Sampai dengan saat ini, kitab tersebut masih menjadi rujukan dalam bidang fiqih, khususnya di Indonesia.
Dalam bidang keagamaan, di Spanyol saat itu juga hidup sufi terkenal, yaitu Abu Bakar Muhammad ibn Ali Muhyidin ibn Arabi. Dia dilahirkan di Murcia pada tahun 1165 M dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Seville sampai 1202 M dan wafat di Damaskus pada 1240 M. Di antara sekian banyak karyanya yang berpengaruh adalah al-Futuhat al-Makkiyah dan Fishush al-Hikam.
Kejayaan Islam di Andalusia juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu tafsir. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Norasid dan Abdullah dalam artikelnya, bahwa “pengajian ilmu tafsir pastinya menjadi salah satu cabang ilmu fundamental yang bertapak seterusnya berkembang pesat di Andalus selain teras ilmu hadith, Bahasa Arab, falsafah, perubatan, astronomi dan sebagainya”.
5. Bidang Musik dan Kesenian
Indikasi kemajuan bidang seni dan musik di Spanyol, ditandai dengan berdirinya sekolah music di Cordoba yang didirikan oleh Zaryab, seorang artis terbesar di zamannya. Zaryab adalah siswa sekolah musik Ishaq Al-Mausuli di Baghdad. Sekolah tersebut akhirnya menjadi model bagi sekolah musik lainnya yang bermunculan di Villa, Toledo, Valencia dan Granada. Ziryab adalah seorang musisi yang pernah mengharumkan istana Harun Ar-Rasyid yang tidak hanya memperoleh popularitas sebagai artis, tetapi juga sebagai seorang ilmuan dan sastrawan. Ketenarannya itu menimbulkan kecemburuan dari gurunya yang sama-sama populer, Ishaq Al-Maushuli. Akhirnya Ziryab melarikan diri ke Afrika Barat Laut. Ziryab bersinar sebagai seorang penyair sekaligus astronom dan ahli geografi. Ziryab menjadi figur paling popular pada masa itu dan bahkan menjadi pencipta tren.

Perkembangan seni musik di Spanyol, memberikan pengaruh yang cukup besar pada seni musik di kawasan Eropa. Ketika masyarakat Kristen menerima model lirik lagu muslim, nyanyian Arab menjadi populer di seluruh semenanjung Spanyol. Dalam bidang seni kerajinan, umat Islam di Spanyol menyebarkan dan mengembangkan semua bidang seni dan kerajinan yang dikenal oleh umat Islam. Dalam bidang kerajinan logam, yang meliputi seni dekorasi, pengembangan pola-pola relief atau ukiran, kemudian melapisinya dengan emas dan perak serta penggambaran berbagai karakter. Salah satu peninggalan seni yang paling tua adalah gambar Hisyam V (976-1009 M) yang terdapat di atas altar tinggi di Katedral Gerona di atas bentuk peti mati kayu dilapisi sepuhan perak. Lukisan tersebut mengambil bentuk repouse dengan beberapa lengkungan berbentuk Spiral. Salah satu bidang seni yang cukup berkembang adalah seni porselen dan pelapisan logam. Impor produk-produk ini memberikan dasar yang baik bagi pengembangan industry porselen di Poitier. Dari Spanyol, kemudian industry tersebut diperkenalkan ke Italia. Dalam ragam bentuk karya seni porselen, khususnya keramik lantai dan faince biru, muslim Spanyol dikenal memiliki keistimewaan tersendiri.
6. Bidang Bahasa dan Sastra
Di antara tokoh bidang bahasa dan sastra yang lahir di Spanyol adalah Al-Qali, yang dikenal dengan karyanya Al-Kitab Al-Bari fil Al-Lughah dan Az-Zubaidy, seorang ahli tata bahasa dan filologi. Tokoh lainnya dalam bidang sastra dan bahasa sebagaimana disebut oleh Yatim dalam bukunya: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan ibn Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnathi. Dalam bidang sastra, penulis yang paling terkenal adalah Ibn Abd Rabbihi (860-940 M) dari Cordova yang merupakan penyair kesayangan Abdurrahman III. Tapi pujangga terbesar dan memiliki pemikiran murni dari kalangan muslim Spanyol adalah Ali ibn Hazm (994-1064 M). Selain itu, penyair terkenal lainnya adalah Abu al-Walid ibn Zaidun (1003-1071 M). Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai penyair terbesar di Andalusia (Spanyol). Seiring dengan perkembangan sastra yang pesat di Spanyol, karya-karya sastra-pun banyak bermunculan, di antaranya: Al-Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, Al-Dzakirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab Al-Qalaid karya Al-Fath ibn Khaqan.]Puisi-puisi Arab memberikan kontribusi penting pada munculnya skema sastra yang tegas tentang cinta platonic dalam bahasa Spanyol pada awal abad ke-8.
7. Bidang Pembangunan Fisik

Dalam bidang fisik, Spanyol Islam telah mendirikan bangunan-banguan dan berbagai fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air dan lain-lain. Istana-istana dan mesjid-mesjid besar yang megah serta tempat pemandian dan taman juga disatukan dalam kota yang tertata dengan teratur. Di Cordoba terdapat 700 mesjid dan 300 buah pemandian umum. Istana Raja Az-Zahra yang dibangun di kaki gunung dan menghadap sungai Quadalquiurr memiliki 400 buah ruangan. Di atas istana tersebut terdapat jembatan yang melintasi sungai dengan konstruksi lengkung sebagai penyangga. Karena air sungai tidak dapat diminum, penguasa muslim juga membuat saluran air dari pegunungan sepanjang 80 km. Kemegahan Islam Spanyol juga dapat dilihat di Granada. Kota ini mengambil tempat pada sebuah dataran tinggi yang tersubur dan termasyhur di Spanyol. Rio Darro mengalir membelah jantung kota ini. Rio Darro adalah sebuah kanal besar yang sangat panjang yang digali pada masa pemerintahan Bani Ahmar di Granada. Kanal ini digali mulai dari pegunungan Searra Nevada, yang membujur jauh di sebelah timur laut kota Granada. Puncaknya selalu diselimuti salju dan memutih bersih saat ditimpa sinar matahari. Orang-orang Arab di Spanyol telah memperkenalkan hidrolik untuk tujuan irigasi; dam untuk mengecek curah air hujan dan waduk untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) yang berasal dari Persia. Kaum Arab di Spanyol memperkenalkan metode pertanian yang dipraktikkan di Asia Barat. Mereka menggali kanal-kanal, menanam anggur dan tanaman lainnya. Mereka juga memperkenalkan padi, aprikot, persik, delima, jeruk, tebu, kapas dan kunyit. Kemajuan pertanian merupakan salah satu sisi keagungan peradaban Islam di Spanyol dan menjadi hadiah abadi yang diberikan oleh orang Arab di daratan Eropa tersebut. Produk-produk industri dan pertanian Spanyol Muslim lebih dari cukup untuk konsumsi domestik. Seville adalah satu pelabuhan besar yang mengekspor kapas, zaitun, minyak dan kain. Melalui Iskandariyah dan Konstantinopel produk-produk muslim Spanyol memperoleh pasarnya sampai jauh ke India dan Asia Tengah. Pemerintah Spanyol juga membuat lembaga mata uang dengan dinar sebagai satuan emas dan dirham sebagai satuan perak. Uang Arab digunakan di kerajaan-kerajaan Kristen di Utara yang hampir empat ratus tahun tidak memiliki mata uang, selain mata uang Arab dan Perancis. Semua monument karya seni religius di Spanyol telah musnah, kecuali satu yang paling tua dan paling indah, yaitu Mesjid Cordova. Sedangkan monument-monumen non religius seperti istana Alcazar di Seville dan Alhamra di Granada, dengan dekorasinya yang besar, megah dan indah merupakan contoh peninggalam paling agung di Spanyol. Model dekorasi Spanyol muslim mencapai puncak kebesarannya pada bangunan istana Dinasti Nashiriyah, yaitu Al-Hamra. Sebagian besar dekorasi interior istana tersebut dipenuhi oleh kaligrafi . Bagian paling indah dan paling agung adalah istana singa. Di tengah-tengah istana tersebut terdapat dua belas patung singa yang terbuat dari Porselen dan tegak berdiri dalam lingkaran.
C. Runtuhnya Kerajaan Andalusia
Kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan sumbangan yang tidak ternilai bagi peradaban dunia saat ini. Tetapi imperium yang begitu besar di daratan Eropa ini pada akhirnya juga mengalami nasib yang sangat memilukan. Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna di Spanyol dan membiarkan penduduk Spanyol mempertahankan hukum dan adat mereka. Pemerintah Islam terlalu cepat merasa puas hanya dengan setoran upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen asalkan mereka tidak melakukan perlawanan bersenjata kepada pemerintah Islam.
1. Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia
Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai pada saat kendali pemerintahan dipegang oleh Abdurrahman III dan dilanjutkan oleh puteranya, Hakam. Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaan politik dan ekonomi di Spanyol mengalami puncak kejayaan dan kestabilan. Setelah Hakam II wafat, dia digantikan oleh Hisyam II yang pada saat itu baru berusia 11 tahun. Karena usia yang masih sangat muda, Hisyam II tidak mampu mengendalikan kekuasaan. Akhirnya roda pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan bantuan Muhammad ibn Abi Umar yang dikenal dengan Hajib Al-Mansur, seorang yang haus kekuasaan. Akhirnya khalifah hanya dijadikan sebagai boneka. Setelah Hajib Al-Mansur wafat, dia digantikan oleh anaknya Abdul Malik Al-Muzaffar, kemudian Al-Muzaffar digantikan oleh Abdurrahman yang gemar berfoya-foya serta tidak disenangi oleh rakyat sehingga keadaan negara menjadi tidak stabil. Pada tahun 1009 M, khalifah mengundurkan diri, kemudian beberapa orang mencoba untuk menduduki jabatan khalifah, tetapi tidak ada yang mampu memperbaiki keadaan di Spanyol. Akhirnya pada tahun 1013, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah sehingga Spanyol terpecah dalam banyak sekali kerajaan kecil yang menguasai kota-kota tertentu. Di sisi lain, munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinastin kecil) secara politis juga menjadi sebab kemunduran Islam di Spanyol. Melemahnya kekuasaan Islam di Spanyol, telah diketahui oleh orang-orang Kristen sehingga mereka bersiap-siap untuk menyerang pemerintahan Islam. Kerajaan Kristen Aragon berhasil Huesea pada tahun 1096 M, Saragosa (1118 M), Tyortosa (1148 M) dan Kenida pada tahun 1149 M. Pada tahun 1212 M, koalisi raja-raja Kristen berhasil menaklukkan Las Navas De Tolosa yang menyebabkan Dinasti Muwahhidun menarik diri dari Spanyol. Sebagian besar kota penting yang awalnya dikuasai oleh Islam, akhirnya satu per satu jatuh ke tangan pihak Kristen.
Pada pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai oleh Islam adalah Granada di bawah pimpinan Dinasti Ahmar. Pada awalnya, para penguasa Kristen membiarkan keberadaan Dinasti Ahmar dengan syarat membayar pajak kepada penguasa Kristen, tapi akhirnya di antara mereka terjadi perselisihan sehingga kekuasaan Dinasti Ahmar menjadi terancam. Selain itu, dalam tubuh Dinasti Ahmar sendiri juga terjadi perebutan kekuasaan yang mengakibatkan munculnya perang saudara. Akhirnya pada tahun 1492 M, Granada, yang merupakan benteng terakhir umat Islam di Spanyol dapat dikuasai oleh penguasa Kristen Spanyol.Nasib umat Islam pasca penaklukan Granada oleh penguasa Kristen sangat menyedihkan. Pada tahun 1556 M, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh wilayah Spanyol, bahkan pada tahun 1566 M, penggunaan bahasa Arab dilarang di Spanyol.
2. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia
Setelah berhasil menaklukkan Spanyol, para penguasan muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna dengan membiarkan penduduk Spanyol memeluk agamanya serta diberi ruang untuk mempertahankan hukum dan tradisi mereka sendiri. Pemerintah Islam hanya mewajibkan membayar pajak kepada negara bagi penduduk Spanyol. Lambat laun, kondisi ini menjadi bumerang bagi pemerintah Islam, di mana penduduk Kristen Spanyol terus menyusun kekuatan untuk menggulingkan penguasa muslim.
Pada perkembangan selanjutnya, di Spanyol bermunculan beberapa kerajaan yang didirikan oleh orang-orang Kristen, di antaranya: Kerajaan Leon dan Castile, Kerajaan Navarre dan Kerajaan Aragon. Kemelut yang diciptakan oleh para penguasa Kristen ini juga menjadi pemicu melemahnya kekuasaan Islam di Spanyol. Para penguasa Kristen tersebut bermaksud ingin menguasai kembali Spanyol. Dikisahkan bahwa, kelompok orang-orang Katholik yang menolak kehadiran kaum muslimin di Spanyol melarikan diri ke perbatasan Spanyol bagian Utara yang merupakan kawasan pegunungan dan terdiri dari lembah dan gua sehingga cocok dijadikan sebagai tempat persembunyian. Mereka mengangkat Pelayo (718-747 M) sebagai pemimpin pertama di pengasingan yang semasa dengan amir Islam di Spanyol, Abdurrahman. Ibu kota kerajaan Katholik ini berada di Cangas de Onis dan kemudian dipindahkan ke Oviedo pada masa pemerintahan Alfonso II. Raja tersebesar Khatolik Spanyol adalah Alfonso III yang semasa dengan Muhammad bin Abdurrahman II, pemimpin Islam Andalusia (Spanyol).

Ketika Garcia I (909-914 M) memerintah, ibu kota kekuasaan Katholik dipindahkan ke Leon. Ketika Ordono III (951-956 M) naik tahta, dia mengakui hegemoni kekhalifahan Islam di Spanyol yang saat itu dipimpin oleh Abdurrahman An-Nashir. Para penguasa Kristen pada saat itu membayar upeti kepada pemerintahan Islam. Pada abad ke-10, Kerajaan Kristen Navarre menampakkan kekuasaannya setelah berhasil merebut sebagian wilayah Arragon. Pada saat pemerintahan Sancho III Garces (1005-1035 M), dia menyatukan wilayah Navarre, Castile, Leon dan Sobrarbe di bawah kekuasaannya. Kerajaan Kristen lainnya yang muncul di saat umat Islam Spanyol dalam keadaan lemah adalah Kerajaan Aragon pada tahun 1035 M. Kemudian pada tahun 1179 M, Alfonso dari Aragon membuat perjanjian dengan Kerajaan Castile untuk memberikan kesempatan kepada Kerajaan Aragon menghadapi Arab di Valencia. Perkembangan kerajaan Kristen Spanyol menjelang terusirnya umat Islam dari Semenanjung Iberia tersebut lebih banyak terlibat pergolakan politik dengan Perancis, Inggris, Portugal, Itali dan Sisilia. Pada perkembangan selanjutnya, Ferdinan II (1479-1516 M) dari Aragon mengawini Isabella dari Castile dan menggabungkan kedua kerajaannya menjadi satu. Gabungan dua kerajaan tersebut dikenal dengan Reyes Catolicos atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Catholic Kings. Setelah berhasil menaklukkan kekuasaan Islam di Spanyol, para penguasa Kristen melakukan pemaksaan kepada umat Islam di Spanyol untuk berpindah agama atau keluar dari Spanyol. Semua buku dan naskah-naskah berbahasa Arab dibakar oleh para penguasa Kristen. Umat Islam yang tetap tinggal di Spanyol, banyak di antara mereka yang menjadi kripto-muslim, yaitu orang yang mengaku Kristen, tetapi secara diam-diam mempraktikkan ajaran Islam. Sebagian umat Islam yang pulang dari pesta pernikahan ala Kristen, kemudian secara diam-diam melakukan pernikahan kembali sesuai dengan ajaran Islam. Banyak pula umat Islam yang mengadopsi nama Kristen sebagai nama publik, tetapi menggunakan nama Arab secara pribadi.
D. Hancurnya Peradaban Islam di Andalusia
1. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli dalam Menggali Budaya Islam

Pada tahun 1212 M, umat Kristen mengadakan serangan besar-besaran ke Spanyol dengan mengatasnamakan perang suci di Eropa. Mereka dapat menghimpun bantuan sukarelawan yang terdiri dari orang-orang Perancis, Jerman, Inggris dan Itali. Serangan tersebut dihadapi oleh pasukan Khalifah Al-Mansur Billah bersama 600.000 tentara di Las Navas de Toloso, sekitar 70 mil sebelah timur Cordova. Pada saat itu pasukan Kristen dipimpin oleh Raja Castile, Alfonso VIII. Dalam pertempuran tersebut pasukan Kristen dapat mengalahkan pasukan Islam dan menyebabkan berkahirnya kekuasaan Al-Muwahhidun di Spanyol. Karim menyebutkan bahwa, kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia disebabkan oleh para penguasa Islam yang cukup puas menerima upeti dari penguasa Kristen dan tidak melakukan Islamisasi secara sempurna di Spanyol. Sementara kehadiran bangsa Arab di Spanyol menimbulkan rasa iri bagi penduduk Kristen dan kondisi ini turut membangkitkan rasa kebangsaan umat Kristen di Spanyol. Selain itu, loyalitas militer Islam sebagai tentara bayaran juga sangat diragukan. Di sisi lain, etnis-etnis non Arab di Spanyol juga sering menjadi perusak perdamaian.  Setelah kekalahan besar yang dialami Muwahhidun yang menewaskan ratusan ribu umat Islam, pasukan Kristen yang memenangkan pertempuran tersebut terus melakukan penaklukan Andalusia selama empat puluh tahun. Seluruh wilayah Spanyol dikuasai Kristen, kecuali Granada. Namun demikian, seiring dengan serangan terhadap kekuatan kaum muslimin di bagian utara, tekanan hebat juga terus dilancarkan oleh para penguasa Kristen terhadap kaum muslim di Granada yang berada di kawasan selatan Spanyol. Akhirnya Granada sebagai kekuasaan terkahir umat Islam juga terpaksa menyerah kepada penguasa Kristen.
Pada awal abad ke-16, seluruh Semenanjung Iberia (Spanyol) berada di bawah kekuasaan Kristen. Setelah mereduksi kaum muslimin di Spanyol ke dalam perbudakan, Gereja Katholik Roma kini berkonsentrasi untuk menjadikan budak-budak muslim tersebut sebagai Kristen Trinitarian. Umat Kristen di Spanyol terus melakukan usaha-usaha untuk mengeliminasi semua umat Islam yang masih mempraktikkan nilai-nilai Islam di Spanyol.
Proses pengalihan agama kaum muslimin ke dalam agama Kristen dipercepat dengan cara memecah belah keluarga mereka. Berdasarkan dekrit yang dikeluarkan oleh Ratu Isabella, semua pria di bawah usia 14 tahun dan wanita di bawah usia 12 tahun harus dipisahkan dari keluarga mereka dan diserahkan kepada Gereja Katholik Roma untuk dibesarkan sebagai Kristen Trinitarian.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa yang Menguasai Ilmu Pengetahuan dari Islam
Kemajuan berbagai peradaban dan ilmu pengetahuan di dunia Barat saat ini tidak terlepas dari kontribusi besar umat Islam di Spanyol. Pada masa itu, banyak orang-orang Eropa yang datang ke Spanyol untuk belajar kepada umat Islam. Para mahasiswa asal Eropa yang datang ke Spanyol, selain untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahun, mereka juga melakukan penerjemahan berbagai karya umat Islam di Spanyol ke dalam bahasa-bahasa Eropa.[


Setelah pulang dan memperoleh ilmu pengetahuan dari Spanyol, para mahasiswa asal Eropa mendirikan sekolah dan universitas di negeri mereka. Universitas pertama yang didirikan di Eropa adalah Universitas Paris pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan, di Eropa telah berdiri 18 universitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar