Kamis, 08 Desember 2016

EPISTEMOLOGI
A.      Epistimologi
1.           Definisi Epistimologi
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berartipikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (theory of knowledges).
Dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
2.       Metode ilmiah
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa yunani yaitu kata methodos sambungan dari kata meta (sesudah atau dibalik sesuatu) dan hodos (jalan yang harus ditempuh). jadi metode adalah langkah-langkah (cara dan teknis) yang diambil, menurut urutan atau sistematika tertentu untuk mencapai pengetahuan tertentu. Jadi metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang digunakan ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Menurut Burhanudin Salam beberapa jenis metode ilmiah yaitu :
1.    Observasi
Beberapa ilmu seperti astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan metode observasi. Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti : melihat, mendengar, menyentuh, meraba.
2.    Metode eksperimen
       Kegiatan ekperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan pengajuan hipotesis. Peranan metode ini adalah hanya untuk membedakan satu faktor atau kondisi pada suatu waktu, sedangkan faktor-faktor lainnya diusahakan tidak berubah atau tetap.
3.    Metode Statistik
Metode statistik telah ada sejak lama, yaitu untuk membantu pemimpin dan penguasa mengumpulkan data tentang penduduk, kematian, kesehatan dan perpajakan. Metode statistik ini telah berkembang dan lebih menarik minat lagi, sehingga metode statistik dipakai dalam kehidupan sehari-hari misalnya perdagangan, peredaran uang dan lain sebagainya.

3.    logika
Logika berasal dari bahasa latin yakni logos. Arti dasarnya perkataan atau sabda. Logika juga sering di artikan dengan masuk akal atau menurut ketentuan akal. Logika dari segi istilah sering di artikan sebagai kumpulan kaidah – kaidah yang memberi jalan berpikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima oleh orang lain.
Logika adalah cabang filsafat yang persoalannya begitu luas dan rumit, namun ia berkisar pada persoalan penyimpulan, khususnya berkenaan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang absah.
 Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.
    Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dalam penalaran itu memiliki dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu hingga memunculkan kesimpulan valid (sahih). logika dibagi menjadi dua cabang pokok berdasarkan dasar penalaran dalam berlogika, yaitu logika deduktif dan logika induktif .
  1. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal- hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus- kasus yang bersifat khusus sesuai fakta dilapangan.
    Logika deduktif, kadang disebut penalaran deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif.  Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.
    Contoh argumen deduktif:
  1.     Semua Mahasiswa UIN Malang semester I tinggal di Ma'had
  2. Firman adalah mahasiswa UIN Malang semester I
  3. Firman tinggal di Ma'had
  4. Logika Induktif
Logika induktif adalah sebagai penarikan kesimpulan dari kasus- kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional.
 Penalaran secara induktif dimualai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalamm menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. 
Contoh argumen induktif:
  1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
  2. Kuda Australia punya sebuah jantung
  3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
  4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
  5. Setiap kuda punya sebuah jantung

2.      Sumber Pengetahuan

Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, diantaranya:
a.    Empirisme adalah sebuah faham yang menganggap bahwa pengalaman yang bersifat faktual yang layak menjadi sumber pengetahuan. menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 – 1704), George Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
b.    Rasionalisme adalah sebuah aliran yang menanggap bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui pertimbangan akal.Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650, Baruch Spinoza (1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
c.    Intuisi dapat dianggap menjadi sumber pengetahuan karena melalui intuisi manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tidak melalui proses penalaran tertentu. Melalui intuisi, manusia secara tiba- tiba menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. menurut Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
d.   Wahyu adalah pengetahuan yang didapati manusia melaliu “ pemberian” Tuhan secara langsung kepada hamba-Nya yang terpilih yang disebut Nabi dan Rasul. melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia. ¢ Menurut KBBI wahyu merupakan petunjuk dari Allah yg diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dsb.

4.) Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Pengertian Biografi & Autobiografi
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa teks Biografi adalah teks yang berisikan tentang kisah riwayat hidupseseorang.
Strukturnya Biografi
  1. Orientasi : yaitu tinjauan terhadap identitas singkat tokoh. Biasanya berisikan tentang identitas singkat tokoh seperti Tempat Tanggal Lahir, Alamat, kehidupan masa kecil, dll.
  2. Peristiwa dan masalah: yaitu kejadian yg luar biasa dan masalah yang dialami tokoh.
  3. Reorientasi : yaitu kesimpulan yang berisi peninjauan sikap kembali .
Ciri-Ciri Biografi
  1. Memuat informasi berdasarkan fakta (faktual) dalam bentuk narasi.
  2. Faktualnya berdasarkan pengalaman hidup seseorang yang patut diteladani.
TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH
1. Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti.
Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-methodis. Karangan ilmiah bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya ilmiah disajikan kebenaran fakta.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).
Jenis-jenis karya Ilmiah
Finoza dalam Alamsyah (2008:98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas 3 jenis, yaitu: (1) karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
Ada beberapa manfaat penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena sebelum menulis karya ilmiah, penulis harus membaca dulu, (2) penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih matang, (3) penulis akan terasa akrab dengan kegiatan perpustakaan, seperti bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku, (4) penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, (5) penulis akan memperoleh kepuasan intelektual, dan (5) penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat (Istarani, 2009:5).
KONSEPDASARKARYA TULIS ILMIAH
PENGERTIAN
  Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah
  Karya     tulis   ilmiah   adalah suatu   tulisan   yang   membahassuatu permasalahan yang kemudian  dibahas     berdasarkan   penyelidikan,  pengamatan,                    pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian.
  Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu                        pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Karya tulis ilmiah adalah penulisan menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk                   memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan    yang diteliti
KESIMPULAN
Karya Tulis Ilmiah adalah tulisan yangmembahas ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar.
SYARAT
1. Medianya menggunakan bahasa tulisan.
2. Membahas konsep ilmu pengetahuan.
3. Disusun secara sistematis.
4. Dituangkan dengan menggunakan bahasa     yang benar  yang tercermin dari pilihan kata  atau istilah dan kalimat  yang efektif dengan  struktur yang baku
CIRI
  1. Objektif artinya karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
  2. Faktual artinya karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulisan karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
  3. Sistematis artinya karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural.
  4. Bermetode artinya karya tulis ilmiah mengandung pandangan disertai cara, dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
  5. Cermat dan Jujur artinya karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkadang sikap etik penulis ilmiah yakni mencantumkan rujukan dan kutipan yang jelas.
TUJUAN
  1. Memecahkan masalah tertentu.
  2. Mencapai tujuan khususnya tertentu.
  3. Menambah ilmu pengetahuan dan konsep  pengetahuan.
  4. Membina kemampuan menulis ilmiah.
  5. Membina kemampuan berfikir ilmiah.
FUNGSI
      Fungsi pendidikan yaitu untuk memberikan pengalaman yang berharga sehingga penulis mampu menulis,   berpikir, dan mempertanggungjawabkan tulisannya      secara ilmiah.
      Fungsi penelitian yaitu sebagai sarana bagi penulisnya guna menerapkan prosedur ilmiah dan mempraktikkannya dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan.
·         Fungsi fungsional yaitu sebagai alat pengembangan     ilmu pengetahuan, tambahan bahan pustaka, dan         kepentingan praktis di lapangan dalam satu disiplin        ilmu tertentu.
MAKALAH
      Makalah  adalah  karya  ilmiah    yang memuat topik tertentu dan disajikan pada sebuah forum ilmiah atau          disusun untuk sebuah kepentingan tertentu.
      Makalah dihasilkan dari sebuah penelitian,     hasil pemikiran dan kajian literatur yang         memadai
      Makalah harus disusun berdasarkan sebuah topik keilmuan tertentu.
KARAKTERISTIK MAKALAH
      Hasil kajian pustaka atau laporan pelaksanakan suatu   kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan             permasalahan suatu bidang keilmuan.
      Kemampuan penulis untuk memahami tentang             permasalahan teoritis yang dikaji dan menerapkan       prosedur, prinsip, dan teori yang berhubungan dengan bidang keilmuan.
      Kemampuan penulis dalam memahami isi dari                berbagai sumber yang digunakan.
      Kemampuan penulis dalam meramu berbagai sumber   informasi dalam suatu kesatuan sintesis yang utuh.
LAPORAN PENELITIAN
  Laporan penelitian adalah bukti bahwa        -seseorang telah melakukan penelitian yang disusun berdasarkan langkah-langkah penelitian  dan temuan yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan
KARAKTERISTIK
      Sistematika laporan yang berurutan. Mencakup halhal berikut pendahuluan, landasan teori,   metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan  saran.
      Bahasa yang digunakan harus menggunakan bahasa indonesia ilmiah.
      Isi yang dituliskan harus benarbenar hasil penelitian     yang dilakukan.
      Data yang dicantumkan harus obyektif berdasarkan       temuan
      Teori yang disajikan harus mendukung data dan             temuan penelitian.
KERTAS KERJA
  Kegiatan tertentu yang telah dilaksanakan       oleh penelitinya, misalnya kuliah kerja nyata,   praktik kerja lapangan, kerja laboratorium  atau kegiatan sejenis lainnya. 
  Sistematika penulisannya bergantung pada   lembaga yang menugaskan penulisan untuk  melakukan kegiatan tersebut.
  SKRIPSI
  TESIS
  DISERTASI
KALIMAT EFEKTIF DALAM KTI
Pengertian
  Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat).
  Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca.
  Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan keilmuan penulis secara tepat dan akurat.
  Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu , jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan salah menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektif (Heri dan Anang, 2007).
Ciri kalimat efektif
  Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri
  1. Gramatikal,
  2. Bernalar atau logis,
  3. Efisien,
  4. Jelas.
A. Gramatikal
  Kegramatikalan atau kebenaran kalimat.
  Suatu kalimat dikatakan gramtikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan.
  Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut.
  Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.
  Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi.
  Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
  Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
  CONTOH
  Surat itu saya telah tanda tangani.
  Buku itu diambil oleh saya
            Seharusnya:
  Surat itu telah saya tanda tangani
Buku itu saya ambil
  Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata.
            Contoh:
            Mike Tyson pukul KO lawannya.
            Pemerintah bantu korban bencana alam.
            Seharusnya:
            Mike Tyson memukul KO lawannya.
            Pemerintah membantu korban bencana alam.
  Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim.
            Contoh:
            Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
            Ibu saya  menawan sekali.
            Seharusnya:
            Lampu di ruang tamu itu telah mati.
            Ibu saya cantik sekali.
B. Logis
  Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar.
  Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya.
  Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dala kalimat.
  Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001).
            Contoh:
            Kuda memanjat pohon
            Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
  Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.
  Contoh:
  – Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.
  Seharusnya:
  – Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
  Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
            Contoh:
            – Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
            Seharusnya:
            – Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
  Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.
            Contoh:
            Waktu dan tempat kami persilakan!
            Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
            Seharusnya:
            Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
            Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.
C. Efisien
  Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas.
  Contoh:
            Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
            Seharusnya:
            Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
  Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (unsur mubazir).
            Contoh:
            Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
            Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
            Seharusnya:
  Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
  Amuba itu hewan yang sangat  kecil sekali .
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.
            Contoh:
  Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
  Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
            Seharusnya:
  Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
  Mereka membicarakan hasil penelitiannya.
D. Jelas
  Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
  Contoh:
  Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
  Kemungkinan arti:
  Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
  Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
  Contoh:
  –       Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
  Seharusnya:
   Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
  Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
  Contoh:
  Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
  Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
  Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.
Penyebab ketidakefektifan
1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
            Contoh:
  diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
  memperkuat, menguatkan (benar) – memperkuatkan (salah)
  sangat baik, baik sekali (benar) – sangat baik sekali (salah)
  saling memukul, pukul-memukul (benar) – saling pukul-memukul (salah)
  Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
            Contoh:
  para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
  para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
  banyak siswa-siswa (banyak siswa)
  saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
  agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
  disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. Tidak memiliki subjek
            Contoh:
  Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
  Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
  Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
  Adanya kata depan yang tidak perlu
  Contoh:
  Perkembangan  daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)
  Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)
  Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)
  Salah nalar
  Contoh:
  Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
  Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)
  Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
  Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
  Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
  Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
  Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
  Kesalahan pembentukan  kata
  Contoh:
  mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
  menyetop seharusnya menstop
  mensoal seharusnya menyoal
  ilmiawan seharusnya ilmuwan
  sejarawan seharusnya ahli sejarah
  Pengaruh bahasa asing
  Contoh:
  Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya tempat)
  Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
  Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
  Pengaruh bahasa daerah
  Contoh:
  … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
  … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
  Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar