EPISTEMOLOGI
A. Epistimologi
1. Definisi
Epistimologi
Secara etimologi,
epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa
Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan atau kebenaran dan logos berartipikiran, kata atau teori.
Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik
mengenai pengetahuan. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar (theory of knowledges).
Dengan kata lain epistemologi adalah bagian
filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana
memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model
filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter
pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal yang dianggap patut
diterima dan apa yang patut ditolak.
2. Metode
ilmiah
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa
yunani yaitu kata methodos sambungan dari kata meta (sesudah atau dibalik
sesuatu) dan hodos (jalan yang harus ditempuh). jadi metode adalah langkah-langkah
(cara dan teknis) yang diambil, menurut urutan atau sistematika tertentu untuk
mencapai pengetahuan tertentu. Jadi metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang
digunakan ilmuan dalam pencarian kebenaran baru. Menurut Burhanudin Salam beberapa jenis metode ilmiah yaitu :
1. Observasi
Beberapa ilmu seperti
astronomi dan botani telah dikembangkan secara cermat dengan metode observasi.
Didalam metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti : melihat,
mendengar, menyentuh, meraba.
2. Metode
eksperimen
Kegiatan ekperimen adalah
berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat dan pengajuan hipotesis.
Peranan metode ini adalah hanya untuk membedakan satu faktor atau kondisi pada
suatu waktu, sedangkan faktor-faktor lainnya diusahakan tidak berubah atau
tetap.
3. Metode
Statistik
Metode statistik telah ada sejak lama, yaitu untuk membantu pemimpin dan
penguasa mengumpulkan data tentang penduduk, kematian, kesehatan dan
perpajakan. Metode statistik ini telah berkembang dan lebih menarik minat lagi,
sehingga metode statistik dipakai dalam kehidupan sehari-hari misalnya
perdagangan, peredaran uang dan lain sebagainya.
3. logika
Logika berasal dari bahasa latin yakni logos.
Arti dasarnya perkataan atau sabda. Logika juga sering di artikan dengan masuk
akal atau menurut ketentuan akal. Logika dari segi istilah sering di artikan
sebagai kumpulan kaidah – kaidah yang memberi jalan berpikir tertib dan teratur
sehingga kebenarannya dapat diterima oleh orang lain.
Logika adalah cabang filsafat yang persoalannya
begitu luas dan rumit, namun ia berkisar pada persoalan penyimpulan, khususnya
berkenaan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang absah.
Sebagai
ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia)
atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. logika tidak bisa dihindarkan dalam
proses hidup mencari kebenaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dalam penalaran itu memiliki dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu hingga memunculkan kesimpulan valid (sahih). logika dibagi menjadi dua cabang pokok berdasarkan dasar penalaran dalam berlogika, yaitu logika deduktif dan logika induktif .
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dalam penalaran itu memiliki dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu hingga memunculkan kesimpulan valid (sahih). logika dibagi menjadi dua cabang pokok berdasarkan dasar penalaran dalam berlogika, yaitu logika deduktif dan logika induktif .
- Logika Deduktif
Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan
dari hal- hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus- kasus yang bersifat
khusus sesuai fakta dilapangan.
Logika
deduktif, kadang disebut penalaran deduktif adalah penalaran yang membangun
atau mengevaluasi argumen deduktif.
Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau
salah.
Contoh argumen
deduktif:
- Semua Mahasiswa
UIN Malang semester I tinggal di Ma'had
- Firman adalah mahasiswa UIN Malang
semester I
- ∴ Firman tinggal di Ma'had
- Logika Induktif
Logika induktif
adalah sebagai penarikan kesimpulan dari kasus- kasus individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum dan rasional.
Penalaran secara induktif dimualai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalamm menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum.
Contoh argumen induktif:
- Kuda Sumba punya sebuah jantung
- Kuda Australia punya sebuah jantung
- Kuda Amerika punya sebuah jantung
- Kuda Inggris punya sebuah jantung
- ∴ Setiap kuda punya sebuah
jantung
2.
Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat
tentang sumber pengetahuan, diantaranya:
a. Empirisme
adalah sebuah faham yang menganggap bahwa pengalaman yang bersifat
faktual yang layak menjadi sumber pengetahuan. menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal
ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan
cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 – 1704), George
Barkeley(1685 -1753) dan David Hume.
b. Rasionalisme
adalah sebuah aliran yang menanggap bahwa kebenaran dapat diperoleh
melalui pertimbangan akal.Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan
dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta
empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650, Baruch Spinoza (1632
–1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
c. Intuisi
dapat dianggap menjadi sumber pengetahuan karena melalui intuisi manusia
mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tidak melalui proses penalaran
tertentu. Melalui intuisi, manusia secara tiba- tiba menemukan jawaban dari
permasalahan yang dihadapinya. menurut Henry Bergson menganggap intuisi
merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat
personal.
d. Wahyu
adalah pengetahuan yang didapati manusia melaliu “ pemberian” Tuhan secara
langsung kepada hamba-Nya yang terpilih yang disebut Nabi dan Rasul. melalui
wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang
terjangkau ataupun tidak terjangkau olehmanusia. ¢ Menurut KBBI wahyu merupakan petunjuk dari Allah yg diturunkan hanya
kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dsb.
4.) Teknik Penulisan Karya Tulis
Ilmiah
Pengertian Biografi
& Autobiografi
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab
graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan
tentang kehidupan seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa teks Biografi adalah
teks yang berisikan tentang kisah riwayat hidupseseorang.
Strukturnya Biografi
Strukturnya Biografi
- Orientasi : yaitu
tinjauan terhadap identitas singkat tokoh. Biasanya berisikan tentang
identitas singkat tokoh seperti Tempat Tanggal Lahir, Alamat, kehidupan
masa kecil, dll.
- Peristiwa dan
masalah: yaitu kejadian yg luar biasa dan masalah yang dialami tokoh.
- Reorientasi :
yaitu kesimpulan yang berisi peninjauan sikap kembali .
Ciri-Ciri Biografi
- Memuat informasi
berdasarkan fakta (faktual) dalam bentuk narasi.
- Faktualnya
berdasarkan pengalaman hidup seseorang yang patut diteladani.
TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH
1. Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya
berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang
penulis atau peneliti.
Ciri-Ciri Karya Ilmiah
Karangan ilmiah adalah
karangan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan
melalui bahasa tulis yang formal dengan sistematis-methodis. Karangan ilmiah
bersifat sistematis dan tidak emosional. Dalam karya ilmiah disajikan kebenaran
fakta.
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).
Ciri-ciri karya ilmiah menurut Alamsyah (2008:99) adalah sebagai berikut: (1) merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif ). Artinya, faktanya sesuai dengan yang diteliti, (2) bersifat methodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode tertentu dengan langkah langkah yang teratur dan terkontrol secara tertip dan rapi, (3) tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Artinya, laras bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu laras ilmiah harus lugas agar tidak ambigu (ganda).
Jenis-jenis karya
Ilmiah
Finoza dalam Alamsyah
(2008:98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas 3 jenis, yaitu:
(1) karangan ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3)
karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain
makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi
ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang
tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, dongeng, hikayat, cerpen,
novel, roman, dan naskah drama.
Manfaat Penulisan Karya
Ilmiah
Ada beberapa manfaat
penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut: (1) penulis akan terlatih
mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena sebelum menulis karya
ilmiah, penulis harus membaca dulu, (2) penulis akan terlatih menggabungkan
hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengembangkan ke tingkat pemikiran yang
lebih matang, (3) penulis akan terasa akrab dengan kegiatan perpustakaan,
seperti bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku, (4)
penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan
menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, (5) penulis akan memperoleh
kepuasan intelektual, dan (5) penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
masyarakat (Istarani, 2009:5).
KONSEPDASARKARYA TULIS ILMIAH
PENGERTIAN
Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah
Karya tulis
ilmiah
adalah suatu
tulisan yang membahassuatu permasalahan yang kemudian dibahas berdasarkan penyelidikan, pengamatan,
pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu
pengetahuan yang berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati.
Karya tulis ilmiah adalah
penulisan
menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk
memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti
KESIMPULAN
Karya Tulis Ilmiah adalah tulisan yangmembahas ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar.
SYARAT
1. Medianya menggunakan bahasa tulisan.
2. Membahas konsep ilmu pengetahuan.
3. Disusun secara sistematis.
4. Dituangkan dengan menggunakan bahasa yang benar
yang tercermin dari pilihan kata
atau istilah dan kalimat yang efektif dengan
struktur yang baku
CIRI
- Objektif artinya karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
- Faktual artinya karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulisan karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.
- Sistematis artinya karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural.
- Bermetode artinya karya tulis ilmiah mengandung pandangan disertai cara, dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
- Cermat dan Jujur artinya karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkadang sikap etik penulis ilmiah yakni mencantumkan rujukan dan kutipan yang jelas.
TUJUAN
- Memecahkan masalah tertentu.
- Mencapai tujuan khususnya tertentu.
- Menambah ilmu pengetahuan dan konsep
pengetahuan.
- Membina kemampuan menulis ilmiah.
- Membina kemampuan berfikir ilmiah.
FUNGSI
• Fungsi pendidikan yaitu untuk memberikan pengalaman yang berharga sehingga penulis mampu menulis,
berpikir, dan mempertanggungjawabkan tulisannya secara ilmiah.
• Fungsi penelitian yaitu sebagai sarana bagi penulisnya guna menerapkan prosedur ilmiah dan mempraktikkannya dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan.
·
Fungsi fungsional yaitu sebagai alat pengembangan
ilmu pengetahuan, tambahan bahan pustaka, dan kepentingan praktis di lapangan dalam satu disiplin ilmu tertentu.
MAKALAH
• Makalah
adalah karya ilmiah
yang memuat topik tertentu dan
disajikan pada sebuah forum ilmiah atau
disusun untuk sebuah kepentingan tertentu.
• Makalah dihasilkan dari sebuah penelitian,
hasil pemikiran dan kajian literatur yang memadai
• Makalah harus disusun berdasarkan sebuah topik keilmuan tertentu.
KARAKTERISTIK MAKALAH
• Hasil kajian pustaka atau laporan pelaksanakan suatu
kegiatan lapangan yang sesuai dengan cakupan permasalahan suatu bidang keilmuan.
• Kemampuan penulis untuk memahami tentang
permasalahan teoritis yang dikaji dan menerapkan
prosedur, prinsip, dan teori yang berhubungan dengan bidang keilmuan.
• Kemampuan penulis dalam memahami isi dari
berbagai sumber yang digunakan.
• Kemampuan penulis dalam meramu berbagai sumber
informasi dalam suatu kesatuan sintesis yang utuh.
LAPORAN PENELITIAN
Laporan penelitian adalah bukti bahwa -seseorang telah melakukan penelitian yang disusun berdasarkan langkah-langkah penelitian
dan temuan yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan
KARAKTERISTIK
• Sistematika laporan yang berurutan. Mencakup halhal berikut pendahuluan, landasan teori,
metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan
saran.
• Bahasa yang digunakan harus menggunakan bahasa indonesia ilmiah.
• Isi yang dituliskan harus benarbenar hasil penelitian yang dilakukan.
• Data yang dicantumkan harus obyektif berdasarkan temuan
• Teori yang disajikan harus mendukung data dan temuan penelitian.
KERTAS KERJA
Kegiatan tertentu yang telah dilaksanakan
oleh penelitinya, misalnya kuliah kerja nyata, praktik kerja lapangan, kerja laboratorium
atau kegiatan sejenis lainnya.
Sistematika penulisannya bergantung pada
lembaga yang menugaskan penulisan untuk
melakukan kegiatan tersebut.
SKRIPSI
TESIS
DISERTASI
KALIMAT EFEKTIF DALAM KTI
Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara
atau penulis yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat
dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kaidah
bahasa yang berlaku (tepat).
Penggunaan kalimat efektif dalam karya
tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca.
Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang
digunakan dapat mengakomodasi gagasan keilmuan penulis secara tepat dan akurat.
Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat
ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu ,
jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan salah
menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan
efektif (Heri dan Anang, 2007).
Ciri kalimat efektif
Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri
- Gramatikal,
- Bernalar atau
logis,
- Efisien,
- Jelas.
A. Gramatikal
Kegramatikalan atau kebenaran kalimat.
Suatu kalimat dikatakan gramtikal atau
benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan.
Ketaatan pada kaidah ini tampak pada
struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut.
Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam
buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh
penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli mempunyai kepekaan
terhadap kaidah tata bahasanya.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat
dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi
sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim
digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat
dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat
dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang
membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
CONTOH
Surat itu saya telah tanda tangani.
Buku itu diambil oleh saya
Seharusnya:
Surat itu telah saya tanda tangani
Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi
bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan
kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam
kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan
pembentukan kata.
Contoh:
Mike
Tyson pukul KO lawannya.
Pemerintah
bantu korban bencana alam.
Seharusnya:
Mike
Tyson memukul KO lawannya.
Pemerintah
membantu korban bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi
ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian kata yang
tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat serta sesuai dengan
perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim.
Contoh:
Lampu
di ruang tamu itu telah tewas.
Ibu
saya menawan sekali.
Seharusnya:
Lampu
di ruang tamu itu telah mati.
Ibu
saya cantik sekali.
B. Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila
informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar.
Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari
segi maknanya, bukan strukturnya.
Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan
pendukungnya yang dipaparkan dala kalimat.
Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan
yang disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal,
dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal (Heri
Suwignyo dkk, 2001).
Contoh:
Kuda
memanjat pohon
Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon
(kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan
diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu
memperjelas informasi yang dikandungnya.
Contoh:
– Pencopet itu telah berhasil ditangkap
oleh polisi.
Seharusnya:
– Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh
pembentukan kata.
Contoh:
–
Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Seharusnya:
–
Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk
adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat juga
disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan!
Yang
merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya:
Waktu
dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
Yang
merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.
C. Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat
yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata
sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang lebih dua bulan
melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo
di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga
Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009,
bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan
pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli
2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya
unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (unsur mubazir).
Contoh:
Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak
dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba
itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
Seharusnya:
Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan
pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang sangat kecil sekali .
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di
surat kabar sering dijumpai penggunaan unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat
berupa penggunaan kata tugas.
Contoh:
Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari
Senin yang lalu.
Mereka membicarakan tentang hasil
penelitiannya.
Seharusnya:
Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin
yang lalu.
Mereka membicarakan hasil penelitiannya.
D. Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk
menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai
bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca.
Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat
jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan
kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya
tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik.
/ Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat
menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering dijumpai
kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.
Contoh:
–
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat
menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan
kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform
menghasilkan suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki
inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat
dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik
bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah
menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem ujian
dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan sumber daya
manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia
yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh
manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap
urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja
keras.
Penyebab ketidakefektifan
1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur
benar 1 struktur salah.
Contoh:
diperlebar, dilebarkan (benar) –
diperlebarkan (salah)
memperkuat, menguatkan (benar)
– memperkuatkan (salah)
sangat baik, baik sekali (benar)
– sangat baik sekali (salah)
saling memukul, pukul-memukul (benar)
– saling pukul-memukul (salah)
Di sekolah diadakan pentas seni (benar) –
Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang
tindih.
Contoh:
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak
perlu para)
para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
banyak siswa-siswa (banyak siswa)
saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah
bermakna ‘saling’)
agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
disebabkan karena (sebab bersinonim dengan
karena)
3. Tidak memiliki subjek
Contoh:
Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO)
(benar)
Di dalam buah mangga terkandung vitamin C.
(KPS) (benar)
Di dalam buah mangga mengandung vitamin C.
(KPO) (salah)
Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Perkembangan daripada
teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)
Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada
dihilangkan)
Selain daripada bekerja, ia juga
kuliah. (kata daripada dihilangkan)
Salah nalar
Contoh:
Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang
dipersilahkan)
Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa
menolak?)
Silakan maju ke depan. (maju selalu ke
depan)
Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik
selalu ke atas)
Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet
tidak selalu berada di belakang)
Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak
masuk, seharusnya presensi)
Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih
prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
menyetop seharusnya menstop
mensoal seharusnya menyoal
ilmiawan seharusnya ilmuwan
sejarawan seharusnya ahli sejarah
Pengaruh bahasa asing
Contoh:
Rumah di mana ia tinggal … (the house where
he lives …) (kata rumah seharusnya tempat)
Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause
of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
Saya telah katakan … (I have told) (Ingat:
pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
… sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka)
(seharusnya sudah hadir)
… oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya
diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya
mungkin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar