SEMESTER III
1.)
Praktek Ibadah
Sholat gerhana ( matahari & bulan)
1. Pelaksanaan sholat gerhana
-
Dikerjakan sebanyak dua rakaat yg mana setiap satu rakaat melakukan dua rukuk
-
Di laksanakan selama masih ada
gerhana
-
Di sunnahkan untuk
memanjangkan qiroah
-
Di sunnahkan memanjangkan rukuk, begitu pula dg sujudnya
-
Tanpa adzan & iqomat cukup mengucapkaالصلا ة جامعه
-
Ketika gerhana matahari menurut
mayoritas ulama bacaannya di keraskan
-
Di sunnahkan khutbah setelah sholat sebanyak dua kali
-
Niat sholat gerhana matahari
سنة
لكسوف الشمس ركعتين ما موما اماما
اصلي
-
Niat sholat gerhana bulan
اصلي سنة لخسوف القمر ركعتين ماموما اماما لله تعا لى
2. Hikmah sholat gerhana
-
Bahwasanya matahari merupakan
salah satu nikmat terbesar dari allah bagi kehidupan di bumi
-
Dengan adanya gerhana matahari menunjukkan bahwa matahari suatu saat bisa hilang
-
Sholat di kerjakan untuk menunjukkan
rasa rendah diri kita kepada allah.
2.) Sejarah Peradaban Islam
Khalifah Ali Bin Abi Thalib (656-661
m)
1. pembaikatan khalifah ali bin abi
thalib
Setelah terbunuhnya utsman bin
affan, masyarakat beramai-ramai datang dan membaiat ali sebagai khalifah
melalui pemilihan dan pertemuan terbuka.
2. permasalahan masa ali bin abi
thalib
- karena pembunuhan terhadap
khalifah utsman masih misterius
- elite pemerintahan khususnya dari
kalangan gubernur syria tidak menginginkan ali tampil sebagai khalifah.
3. Kebijakan politik ali
- memecat kepala daerah angkatan
utsman dan menggantikan dengan gubernur baru
- mengambil kembali tanah yg di
bagi-bagikan utsman kepada famili-familinya dan kaum kerabatnya tanpa jalan
yang sah.
4. perang jamal
- ali harus bertanggung jawab atas
terbunhnya utsman
- wilayah islam telah meluas dan
timbul komunitas-komunitas di daerah- daerah baru.
5. perang shiffin
Terjadi pada bulan safar 37 H/ 685 M dengan kekuatan 95.000 org dari
pihak ali dan 85.000 org dari pihak muawiyah. Peperangan ini dapat di
selesaikan dengan tahkim (arbitrase)
6. perang nahrawan
- muawiyah dan amru bin ash beserta
pengikutnya adalah kelompok kufur karena
telah mempermainkan nama allah dan kitab allah dalam perang shiffin maka mereka
wajib di basmi.
- ali dan pihak –pihak yang
mendukung terbentuknya majlis yang telah di perjuangkan tahkim adalah ragu
terhadap kebenaran.
Bani Umayah
Adalah kekhalifahan islam pertama
setelah masa khulafaurrasyidin yang telah memerintah dari 661- 750 di jazirah
arab dan sekitarnya beribukota di damaskus serta dari 756-1031 di cordova,
spanyol sebagai khalifah cordova.
Islam di andalusia
Pada saat berada di bawah kekuasaan
khalifah al walid bi abdul malik, berjalan lebih kurang 10 tahun pada tahun
711M tercatat suatu ekspansi militer dari afrika utara menuju wilayah barat
daya benua eropa dan menundukkan pasukan maroko, pemimpin pasukan islam thariq
bin ziyad menyebrangi selat yang memisahkan maroko dg benua eropa:
a. pasukan thariq bin ziyad berlabuh
di suatu tempat yang saat ini di kenal dengan nama Gibraltar (jabal thariq).
b. adanya ekspedisi yang dilakukan
oleh julian dan pasukan islam untuk menghancurkan roderick.
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
(SPANYOL)
A. Perkembangan Islam di Andalusia
Pada saat berada di
bawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, Daulah Bani Umayyah
melakukan ekspansi besar-besaran ke Barat. Pada masa pemerintahan Al-Walid yang
berjalan lebih kurang sepuluh tahun, pada tahun 711 M tercatat suatu ekspedisi
militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya benua Eropa. Setelah
menundukkan Aljazair dan Maroko, pemimpin pasukan Islam, Thariq bin Ziyad
bersama pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan
benua Eropa. Pasukan Thariq bin Ziyad berlabuh di suatu tempat yang saat ini
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).Kapal-kapal yang digunakan oleh
pasukan Thariq, menurut beberapa riwayat disediakan oleh Julian, Pangeran
Ceuta, yang namannya cukup melegenda.
Sebelum ditakukkan oleh
pasukan Islam, Spanyol diperintah oleh Raja Visigoth Roderick yang memerintah
Spanyol dengan sewenang-wenang. Salah seorang keluarganya yang menjadi gubernur
Ceuta, Julian, menaruh dendam kepada Roderick. Akhirnya Julian melakukan kerjasama
dengan tentara Islam yang dipimpin oleh Musa bin Nushair untuk menjatuhkan
Roderick.Dalam ekspedisi yang dilakukan oleh pasukan Islam tersebut, tentara
Spanyol dapat dikalahkan oleh pasukan Islam. Ibu Kota Spanyol, Cordova, dengan
cepat dapat dikuasai oleh pasukan Islam. Kemudian disusul oleh kota-kota lain,
seperti: Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan sebagai ibu kota Spanyol
yang baru setelah jatuhnya Cordova.
Dalam proses penaklukan
Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang sangat berjasa. Mereka adalah Tharif
ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa bin Nushair. Tharif ibn Malik dapat
dikatakan sebagai perintis penaklukan Spanyol. Dia menyeberangi selat yang
berada antara Maroko dan benua Eropa bersama pasukan perangnya.Dikisahkan
bahwa, setelah mendapat persetujuan dari Khalifah Al-Walid I, Musa bin Nushair
memerintahkan panglima Tharif bin Abdul Malik an-Nakhai yang membawa 400 orang
tentara dengan 100 pasukan berkuda guna melakukan penjajakan awal. Pasukan
Tharif memasuki Spanyol (Andalusia) pada tahun 710 M.
Didorong oleh
keberhasilan Tharif tersebut dan juga munculnya kemelut dalam kerajaan
Visigothic yang menguasai Spanyol saat itu, serta didorong pula untuk
memperoleh harta rampasan perang, bukan hasrat untuk menaklukkan, pada tahun
711 M, Musa bin Nushair mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di
bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.Thariq bin Ziyad adalah seorang budak Barbar
yang telah dibebaskan oleh Musa bin Nushair. Ketika Raja Roderick mengetahui
bahwa pasukan Thariq telah memasuki Spanyol, dia berusaha mengumpulkan pasukan
penangkal sebanyak 25 ribu tentara. Menyadari jumlah musuh yang tidak seimbang,
Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nushair, akhirnya Thariq mendapat
tambahan pasukan sebanyak 12 ribu tentara.Sebelum Thariq bin Ziyad menyerang
kota-kota lain, Thariq terlebih dahulu menaklukkan Arknidona, kemudian Elvira.
Thariq bin Ziyad
adalah pahlawan Islam yang dikenal sebagai penakluk Spanyol disebabkan
pasukannya lebih besar serta membuahkan hasil yang nyata. Pasukan Thariq bin
Ziyad sebagian besar terdiri dari suku Barbar yang didukung oleh Musa bin
Nushair dan sebagian orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Al-Walid. Dalam
pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat
dikalahkan. Pasukan Roderick porak-poranda dalam keadaan kacau, sementara nasib
Roderick ditentukan diujung tombak Thariq bin Ziyad. Kemenangan yang diperoleh
oleh pasukan Thariq bin Ziyad telah membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang
lebih luas lagi. Pada tahapan selanjutnya, Musa bin Nushair ikut melibatkan
diri dalam pertempuran dengan membawa pasukan dalam jumlah besar. Akhirnya satu
persatu kota penting di Spanyol, seperti Sidonia, Karmona, Seville dan Merida
dapat ditaklukkan.
Dikisahkan bahwa Musa
bin Nushair membakar semua kapal perangnya dengan tujuan agar pasukannya tidak
kembali lagi ke Afrika atau melarikan diri. Akhirnya, setelah berhasil
menaklukkan Semananjung Iberia (Spanyol), Musa bin Nushair mendeklarasikan
kawasan tersebut sebagai bagian dari kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus.
Kemenangan demi kemenangan yang dicapai oleh pasukan
Islam di Spanyol tidak terlepas dari dua faktor; internal dan eksternal. Faktor
eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di negeri Spanyol sendiri. Pada
saat pasukan Islam melakukan ekspansi, kondisi sosial, politik dan ekonomi di
Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan. Saat itu, penguasa Gothic di Spanyol
bersikap tidak toleran terhadap aliran-aliran agama yang berkembang di Spanyol.
Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian besar dari penduduk Spanyol dipaksa
untuk dibabtis menurut ajaran Kristen. Dalam kondisi seperti itu, kaum
tertindas di Spanyol menanti kedatangan juru selamat, dan juru selamat tersebut
adalah pasukan Islam. Faktor lainnya yang menjadi penyebab kekalahan Roderick
adalah kondisi pasukannya yang tidak mempunyai semangat perang.
Adapun faktor internal
yang menyebabkan kemenangan pasukan Islam di Spanyol adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam yang
terlibat dalam pasukan perang di Spanyol. Para pemimpin pasukan Islam adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Hal
terpenting lainnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para tentara
Islam, yaitu toleransi, persaudaraan dan tolong menolong sehingga masyarakat
Spanyol dengan mudah bisa menerima kedatangan pasukan Islam.
Badri Yatim, dalam
bukunya mengemukakan bahwa sejak berhasil ditaklukkan, Islam memainkan peranan
besar di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh abad. Menurut Yatim, sejarah
panjang umat Islam di Spanyol dapat dibagi ke dalam enam periode;
1. Masa Periode Para Wali (711-755 M)
Periode pemerintahan
Islam pertama di Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat
oleh Khalifah Bani Umayyah yang saat itu berpusat di Damaskus. Pada periode
pertama ini, stabilitas politik di Spanyol belum sempurna dan masih terjadi
berbagai gangguan, baik yang datang dari dalam, maupun dari luar Ganggguan dari
dalam, di antaranya berupa perselisihan anta relit penguasa yang diakibatkan
oleh perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, juga terdapat perbedaan
pandangan antara Khalifah Umayyah di Damaskus dengan Gubernur Afrika Utara, di
mana masing-masing pihak saling klaim bahwa mereka-lah yang menguasai Spanyol.
Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya dua puluh kali pergantian wali
(gubernur) di Spanyol dalam waktu yang singkat. Perbedaan politik tersebut juga
mengakibatkan sering terjadinya perang saudara di Spanyol. Adapun gangguan dari
luar berasal dari sisa-sisa musuh Islam yang ada di Spanyol. Mereka bertempat
tinggal di daerah pegunungan dan tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam
Spanyol. Karena sering terjadinya konflik internal dan mendapat
serangan-serangan dari luar, pada periode ini Spanyol belum mampu melaksanakan
pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode para wali ini berakhir
setelah datangnya Abdul Rahman ad-Dakhil ke Spanyol pada tahun 755 M.
2. Masa Keamiran (755-912 M)
Setelah berakhirnya
periode pemerintahan para wali, untuk selanjutnya Spanyol berada di bawah
pimpinan para amir (panglima atau gubernur). Pemerintahan Islam yang dipimpin
oleh para amir di Spanyol tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang
saat itu dipegang oleh para khalifah Abbasiyah di Bagdad.
Amir pertama yang
memerintah di Spanyol setelah masa para wali adalah Abdurrahman I yang diberi
gelar ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Abdurrahman ad-Dakhil masuk ke Spanyol
pada tahun 755 M. Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari
serangan Bani Abbasiyah yang saat itu telah berhasil menaklukkan Khilafah Bani
Umayyah di Damaskus.Abdurrahman ad-Dakhil berhasil menyingkirkan Yusuf ibn
Abdurrahman Al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada kekuasaan Bani
Abbasiyah pada tahun 138 H/756 M. Abdurrahman ad-Dakhil memproklamirkan bahwa
Andalusia lepas dari kekuasaan Bani Abbasiyah dan dia memakai gelar amir, bukan
khalifah.
Kekuasaan yang didirikan oleh Abdrahman ad-Dakhil
mampu bertahan selama dua tiga per empat abad (756-1031). Para penguasa Spanyol
pada masa Keamiran adalah: Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdul
Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah
bin Muhammad. Masa Keamiran di Spanyol mencapai puncak kejayaannya di bawah
pemerintahan amir ke delapan, Abdurrahman III (912-961) yang merupakan pemimpin
terkuat dan orang yang pertama sekali menyandang gelar khalifah. Abdurrahman
III memilih sendiri gelarnya, yaitu Al-Khalifah An-Nashir li Din Allah
(Khalifah penolong agama Allah).
Pada periode pemerintahan di bawah para amir, Spanyol
sudah mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
peradaban. Abdurrahman ad-Dakhil pada saat itu mendirikan masjid Cordova dan
juga membangun sekolah di beberapa kota besar di Spanyol. Selain Abdurrahman
ad-Dakhil, beberapa amir lainnya juga telah berhasil membangun peradaban di
Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam di Spanyol.
Sementara itu, Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran yang
telah memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman al-Ausath
dikenal sebagai penguasan yang mencintai ilmu pengetahuan. Pada periode ini,
pemikiran filsafat juga sudah mulai masuk ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol sudah mulai marak.
Meskipun demikian, stabilitas negara pada periode
pemerintahan para amir juga sempat terganggu dengan munculnya gerakan Kristen
fanatik yang mencari kesyahidan pada pertengahan abad ke-9. Namun, seluruh
gereja Kristen di Spanyol tidak mendukung gerakan tersebut karena jauh
sebelumnya pemerintahan Islam telah mengembangkan kebebasan beragama di
Spanyol.
Gangguan politik paling serius pada masa ini justru
datang dari umat Islam sendiri. Gerakan pemberontak di Toledo pada tahun 825 M
telah berhasil membantuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di
samping itu, perseteruan antara orang Arab dan Barbar juga terus terjadi di
Spanyol.
3. Masa Kekhalifahan (912-1013 M)
Periode ketiga sejarah
Islam di Spanyol, dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III sampai dengan
munculnya raja-raja kelompok (Muluk Thawaif). Pada periode ini, Spanyol
diperintah oleh penguasa muslim yang menggunakan gelar khalifah. Penggunaan
gelar khalifah ini dipicu oleh kondisi Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang
sedang berada dalam kemelut dengan terbunuhnya Khalifah Al-Muktadir. Menurut
Abdurrahman III, penggunaan gelar khalifah pada saat itu sudah sangat tepat,
setelah gelar khalifah tersebut hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150
tahun. Untuk pertama kalinya, gelar khalifah bagi penguasa Spanyol digunakan
pada tahun 929 M. Ada tiga orang khalifah besar yang mengendalikan kekuasaan
Islam di Spanyol, yaitu Abdurrahman III (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan
Hisyam II (976-1009 M).
Pemerintahan
Abdurrahman III dan penerusnya Al-Hakam II, kemudian dilanjutkan oleh
kediktatoran Hajib al-Manshur menandai puncak kejayan muslim di Barat. Sebelum
dan sesudah periode ini, sebagaimana disebut Hitti, Spanyol muslim tidak pernah
mampu menggenggam pengaruh politik sedemikian rupa, baik di Eropa maupun di
Afrika.
Pada periode ini, umat
Islam di Spanyol berhasil mencapai puncak kejayaan dan mampu menyaingi kejayaan
Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini masyarakat Spanyol dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
4. Muluk at-Thawaif (1013-1086 M)
Pada periode ini, kekuasaan Islam di Spanyol terpecah
menjadi lebih dari tiga puluh kerjaan kecil yang dipimpin oleh raja-raja
golongan atau Al-Muluk at-Thawaif. Pemerintahan ini terpusat di kota-kota
tertentu, seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Kerajaan terbesar
pada masa ini adalah Abbadiyah di Seville. Pada masa ini juga sering terjadi
perang saudara antara umat Islam, bahkan ada sebagian pihak yang meminta
bantuan kepada raja-raja Kristen. Disebabkan kondisi umat Islam yang lemah pada
saat itu, para penguasa Kristen mulai melakukan penyerangan. Meskipun kondisi
politik tidak stabil, namun pada masa Muluk at-Thawaif ini kehidupan intelektual
terus mengalami perkembangan.
Kerajaan-kerajaan kecil pada masa Muluk at-Thawaif
dipimpin oleh orang-orang Barbar, Slavia dan Arab. Kerajaan kecil yang terkuat
pada masa ini, di antaranya: Bani Ibad di Seville, Alfasid di Bedajoz, Al-Ziri
di Granada, Zu al-Nun di Toledo dan Bani Hud di Saragossa serta 38 kerajaan
kecil lainnya yang tersebar di wilayah Spanyol.
Puncak berakhirnya Muluk Thawaif ditandai dengan
jatuhnya Toledo ke tangan Alfonso VI (1065-1109) yang pada saat itu berada
dalam pemerintahan Banu Zi an-Nun (1032-1085). Alfonso memanfaatkan
pertentangan raja-raja kecil Muluk at-Thawaif dengan memberikan bantuan kepada
salah satu pihak yang sedang bertikai.
5. Reconquesta (Penaklukkan Kembali)
Periode penaklukan
kembali Spanyol (reconquesta) dimulai sejak jatuhnya kekhalifahan Umayyah pada
abad ke-11. Namun demikian, para sejarawan Spanyol menganggap bahwa pertempuran
Covadonga pada tahun 718 M yang dilakukan oleh pemimpin Asturia, Pelayo, yang
berhasil memukul mundur pasukan Islam merupakan tanda dimulainya penaklukan
sesungguhnya. Menurut Hitti, andai saja pasukan Islam menghancurkan sisa-sisa
kekuasaan Kristen di wilayah pegunungan utara, mungkin kisah Spanyol
selanjutnya akan sangat berbeda.
Setelah sempat berhenti
beberapa saat, karena mengurusi pertikaian internal antar pemimpin Kristen di
utara, proses perebutan kembali ini menjadi lebih cepat karena Castile dan Leon
telah bersatu pada tahun 1230 M. Pada paruh abad ke-13, penaklukkan kembali ini
dengan pengecualian Granada hampir tuntas dijalankan. Toledo direbut pada tahun
1085 M, diikuti Cordova tahun 1236 M dan Seville pada 1248 M.
Reconquesta menampakkan
dirinya sebagai sebuah gerakan yang bertujuan membebaskan negeri Spanyol dari
pengaruh Islam. Gerakan ini sekaligus merupakan lambing pemberontakan umat
Kristen terhadap pemerintahan Islam dan kaum muslimin. Pemberontakan tersebut
telang berlangsung selama berabad-abad, akan tetapi gerakan ini tidak
menyeluruh dan tanpa koordinasi dengan baik. Gerakan Reconquesta baru
terlaksana secara menyeluruh dan terkoordinasi setelah akhir kekuasaan Bani
Umayyah di Spanyol. Gerakan ini tidak putus-putus memainkan peranannya dalam menyingkirkan
Islam di Spanyol.
6. Masa Dinasti Murabithun
Gerakan Al-Murabithun
dimulai sekitar tahun 1039 M oleh seorang tokoh muslim Maroko, Abdullah bin
Yasin. Dia mendirikan sebuah benteng di sebuah pula di sungai Nigeria. Benteng
yang disebut ribat tersebut didirikan sepanjang garis perbatasan antara dunia
muslim dan non muslim. Pada saat tidak berperang, mereka menghabiskan waktu
untuk berzikir kepada Allah di dalam ribat sehingga mereka disebut dengan
Murabithun, yaitu orang-orang yang menghuni ribat.
Dinasti Murabithun pada
awalnya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf in Tasyfin di
Afrika Utara. Pada tahun 1062, dia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Dinasti Murabithun masuk ke Spanyol atas undangan para
penguasa Islam di Spanyol yang sedang kewalahan mempertahankan kekuasaan Islam
akibat serangan-serangan dari penguasa Kristen. Yusuf ibn Tasyfin bersama
pasukannya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan
Castilia.Kondisi Spanyol yang tidak stabil saat itu akhirnya mendorong Dinati
Murabithun untuk menguasai Spanyol. Akan tetapi, penguasa Dinasti Murabithun
sepeninggal Yusuf ibn Tasyfin adalah orang-orang lemah sehingga pada tahun 1143
kekuasaan Dinasti Murabithun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol.
Pada saat Spanyol dikuasi oleh Dinasti Murabithun, tepatnya pada tahun 1118 M,
Saragossa jatuh ke tangan Kristen. Sepeninggal Dinasti Murabithun ini, di
Spanyol kembali muncul dinasti-dinasti kecil yang berlangsung tiga tahun.
Selanjutnya kekuasaan Dinasti Murabithun digantikan oleh Dinasti Muwahidun.
Dinasti Murabithun
berhasil merebut kota-kota di Spanyol, satu per satu. Pada bulan November 1090
M, mereka berhasil merebut Granada dan disusul oleh Seville. Satu-satunya kota
yang masih berada dalam kekuasaan Kristen dan tidak mampu direbut oleh Dinasti
Murabithun adalah kota Toledo. Pemerintahan Dinasti Murabithun sudah mulai
stabil pada tahun 1102 M dan mulai saati itu Dinasti Murabithun menjadi sebuah
dinasti yang diperhitungkan sepanjang utara Afrika dan Spanyol. Keberadaan
Dinasti Murabithun di Spanyol juga telah berhasil mewujudkan kepastian hukum,
sehingga orang-orang Nasrani juga mendapat hak mereka sesuai hukum yang
berlaku. Dalam beberapa dasawarsa kemakmuran masyarakat Spanyol terasa
meningkat.
Di atas kekuasaan
golongan Murabithun, yang terdiri dari para muallaf yang mewarisi tradisi
Barbar memunculkan ledakan gairah keagamaan fanatik di awal abad ke-12 yang pada
gilirannya merugikan kaum Kristen, Yahudi dan bahkan kaum muslimin liberal.
Dalam bidang fiqh, Dinasti Murabithun menjadikan Mazhab Maliki sebagai mazhab
resmi dalam pemerintahannya. Meskipun Al-Ghazali merupakan salah seorang ulama
terkemuka yang mendukung Dinasti Murabithun untuk menyerang Muluk at-Thawaif,
namun penguasa dinasti tersebut memasukkan karya-karya Al-Ghazali dalam daftar
hitam hitam dan diperintah untuk dibakar karena dianggap dianggap tidak sejalan
dengan Mazhab Maliki.
Selama lebih dari setengah abad, kekuasaan Murabithun
begitu kuat di Afrika Barat Daya dan Spanyol Selatan. Untuk pertama kalinya
seorang Barbar memainkan peran penting di panggung dunia. Selama menguasai
Spanyol, Dinasti Murabithun telah menyelamatkan umat Islam dari serangan
Kristen, atau setidaknya mereka telah mampu menunda kehancuran Islam di
Spanyol. Dinasti Murabithun juga berhasil mengalahkan perlawanan Alfonso IV.
Dinasti Murabithun di
Spanyol berumur pendek, kekuasaan dinasti tersebut dilingkupi oleh lingkar nasib
kerajaan-kerajaan Asiatik dan Afrika, oligarki militer yang efesien dan diikuti
kemalasan dan korupsi yang mengarah pada disintegrasi dan kejatuhan.
7. Masa Dinasti Muwahhidun
Dinasti Muwahhidun
didirikan oleh Ibn Tumart yang wafat pada 1128 M. Dinasti ini datang ke Spanyol
di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M beberapa kota
penting, seperti Cordova, Almeria dan Granada berhasil direbut oleh Dinasti
Muwahhidun. Selama berkuasa di Spanyol, Dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Pada tahun 1212 M, tentara
Kristen berhasil memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Muhammad ibn Tumart
yang digelari dengan Al-Mahdi, berkeinginan memulihkan Islam ke dalam bentuknya
yang asli. Dia mengajarkan kepada para pengikutnya tentang doktrin tauhid,
keesahan Tuhan dan konsep sritual tentang Tuhan. Langkah ini merupakan bentuk
protes kepada antromorfisme yang berlebihan dan telah menyebar di kalangan umat
Islam kala itu.
Setelah Abdul al-Mu’min
meninggal (1163 M), penguasa al-Muwahhidun terbesar lainnya adalah Abu Yusuf
Ya’qub al-Mansur (1184-1199 M). Pada masa ia berkuasa, Seville dijadikan
sebagai ibu kota kerajaan untuk Spanyol. Dia juga membantu kaum muslimin di
Mesir yang sedang melawan tentara Salib dengan mengirim 180 kapal kepada
Salahuddin al-Aiyubi. Masa pemerintahan al-Mansur ini dipandang sebagai masa
keemasan bagi Dinasti Muwahhidun.
Perhatian utama Dinasti
Muwahhidun adalah memenangi perang suci melawan Kristen di Spanyol. Namun
keinginan tersebut tidak berhasil dicapai.[ Disebabkan beberapa kakalahan yang dialami
oleh Dinasti Muwahhidun, akhirnya para penguasa Dinasti ini memilih untuk
meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Pasca
ditinggalkan oleh Dinasti Muwahhidun, keadaan Spanyol kembali kacau di bawah
kekuasaan raja-raja kecil. Kondisi tersebut menyebabkan umat Islam tidak mampu
bertahan dari serangan pasukan Kristen. Pada tahun 1238 M, Cordova jatuh ke
tangan Kristen dan disusul oleh Seville pada tahun 1248 M. Akhirnya, seluruh
Spanyol, kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
8. Masa Bani Ahmar (1232-1492 M)
Pada periode keenam
sejarah Islam di Spanyol, umat Islam hanya berkuasa di daerah Granada yang
dipimpin oleh Bani Ahmar. Pemerintah bani Ahmar berdiri dan berkuasa di Spanyol
selama 2,5 abad yang dipimpin oleh 32 orang Khalifah. Pada awalnya pergantian
kepemimpinan dilakukan dengan rasa ikhlas, tetapi lama kelamaan disebabkan
nafsu terhadap kemewahan banyak yang menyodorkan diri sebagai pemimpin. Kondisi
ini akhirnya menyebabkan terjadinya pergolakan politik dalam istana.
Pada masa Bani Ahmar,
peradaban Islam di Granada mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
An-Nashir, tetapi sayangnya dinasti ini hanya memiliki wilayah kekuasaan yang
kecil. Kejayaan Bani Ahmar, mencapai puncaknya pada masa sultan Muhammad V
Al-Ghani Billah yang merupakan sultan ke delapan. Orang yang berusaha
mengembangkan tamaddun Islam di Spanyol terbagi kepada dua golongan. Pertama,
golongan Arab dan ahli pikir yang pindah ke Spanyol pada saat Islam masuk ke
sana. Kedua, adalah golongan yang lahir di Spanyol sendiri. Golongan kedua ini
adalah gabungan antara pendatang dengan rakyat pribumi Islam di Spanyol. Kebudayaan
umat Islam di Spanyol terhenti ketika terjadinya kemelut di lingkungan istana
akibat perebutan kekuasaan. Hal ini menyebabkan hilangnya pamor Granada yang
terkenal dengan peradaban dan keunikan bangunannya. Bangunan megah terakhir
yang didirikan oleh umat Islam di Spanyol adalah istana Alhamra yang
diselesaikan pada masa Sultan Muhammad Al-Ghani Billah. Pada masa pemerintahan
selanjutnya, kebudayaan umat Islam di Spanyol tidak lagi menonjol. Kekuasaan
Islam yang merupakan benteng terakhir umat Islam di Spanyol ini berakhir
setelah terjadi konflik internal di tubuh Bani Ahmar. Abu Abdullah Muhammad
yang merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain untuk
menjadi raja, akhirnya melakukan pemberontakan yang mengakibatkan ayahnya
terbunuh. Kemudian pemerintahan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu
Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinad dan Isabella untuk
menjatuhkan pemerintahan Muhammad ibn Sa’ad. Akhirnya, dua penguasa Kristen ini
berhasil menjatuhkan penguasa yang sah dan kemudian digantikan oleh Abu
Abdullah. Namun pada perkembangan selanjutnya, Ferdinand dan Isabella
berkeinginan untuk merebut kekuasaan Bani Ahmar yang merupakan kekuasaan terakhir
umat Islam di Spanyol.
Tak lama setelah
Muhammad XII (Zaghall) dikalahkan, Abu Abdullah diminta oleh Ferdinand untuk
menyerahkan kota yang baru dikuasainya. Pada musim semi tahun berikutnya,
Ferdinand bersama 10.000 tentara berkuda kembali memasuki Granada dan
menghancurkan lading-ladang pertanian dan kebun buah-buahan. Kemudian Ferdinand
mengepung benteng pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol dengan sangat rapat
dengan maksud agar penguasa muslim tersebut segera menyerah.
Setelah mendapat
serangan dari pasukan Kristen tersebut, akhirnya Abu Abdullah menyerahkan
kekuasaan Bani Ahmar kepada Ferdinand dan Isabella, Abu Abdullah sendiri
terpaksa hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam
di Spanyol pada tahun 1609 M.
Sebelumnya, pada saat
pasukan muslim telah menyatakan menyerah, penguasa Kristen memberikan beberapa
syarat kepada umat Islam di Spanyol. Pertama, sultan beserta pejabatnya harus
mengucapkan sumpah setia kepada raja-raja Castile. Kedua, Abu Abdillah akan
menerima sebidang tanah di al-Basyarat. Ketiga, orang Islam dijamin keamanannya
oleh hukum mereka dan bebas menjalankan ajaran agamanya. Tetapi pada
perkembangan selanjutnya, raja tertinggi dari penguasa Kristen, Ferdinand dan
Isabella melanggar syarat kesepakatan perlindungan. Di bawah kepemimpinan
pendeta kepercayaan Isabella, yang bernama Kardinal Ximenez de Cisneros,
kampanye untuk memaksa perpindahan agama pun dilakukan, tepatnya pada tahun
1499. Kardinal tersebut menarik buku-buku tentang Islam dan membakarnya. Saat
itu, Granada menjadi medan api tempat pembakaran naskah-naskah Arab. Semua
orang muslim yang tetap tinggal di Spanyol setelah penaklukkan Granada disebut
sebagai Moriscos, sebuah nama yang awalnya diterapkan kepada orang Spanyol yang
memeluk Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar