Kamis, 08 Desember 2016

SEMESTER III
1.)    Praktek Ibadah
Sholat gerhana ( matahari & bulan)
1.      Pelaksanaan sholat gerhana
-          Dikerjakan sebanyak dua rakaat yg mana setiap satu rakaat melakukan  dua rukuk
-          Di laksanakan selama  masih ada gerhana
-           Di sunnahkan untuk memanjangkan  qiroah
-          Di sunnahkan memanjangkan rukuk, begitu pula dg sujudnya
-          Tanpa adzan & iqomat cukup mengucapkaالصلا ة جامعه
-          Ketika gerhana matahari  menurut mayoritas  ulama bacaannya di keraskan
-          Di sunnahkan khutbah setelah sholat sebanyak dua kali
-          Niat sholat gerhana matahari
 سنة لكسوف الشمس ركعتين ما موما  اماما                                              اصلي
-          Niat sholat gerhana bulan
اصلي سنة لخسوف القمر ركعتين ماموما اماما لله تعا لى
2.      Hikmah sholat gerhana
-          Bahwasanya matahari merupakan  salah satu nikmat terbesar dari allah bagi kehidupan di bumi
-          Dengan adanya gerhana matahari menunjukkan bahwa matahari  suatu saat bisa hilang
-          Sholat di kerjakan untuk menunjukkan  rasa rendah diri kita kepada allah.



2.)  Sejarah Peradaban Islam
Khalifah Ali Bin Abi Thalib (656-661 m)
1. pembaikatan khalifah ali bin abi thalib
Setelah terbunuhnya utsman bin affan, masyarakat beramai-ramai datang dan membaiat ali sebagai khalifah melalui pemilihan dan pertemuan terbuka.
2. permasalahan masa ali bin abi thalib
- karena pembunuhan terhadap khalifah utsman masih misterius
- elite pemerintahan khususnya dari kalangan gubernur syria tidak menginginkan ali tampil sebagai khalifah.
3. Kebijakan politik ali
- memecat kepala daerah angkatan utsman dan menggantikan dengan gubernur baru
- mengambil kembali tanah yg di bagi-bagikan utsman kepada famili-familinya dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.
4. perang jamal
- ali harus bertanggung jawab atas terbunhnya utsman
- wilayah islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas di daerah- daerah baru.
5. perang shiffin
Terjadi pada bulan safar  37 H/ 685 M dengan kekuatan 95.000 org dari pihak ali dan 85.000 org dari pihak muawiyah. Peperangan ini dapat di selesaikan dengan tahkim (arbitrase)
6. perang nahrawan
- muawiyah dan amru bin ash beserta pengikutnya adalah  kelompok kufur karena telah mempermainkan nama allah dan kitab allah dalam perang shiffin maka mereka wajib di basmi.
- ali dan pihak –pihak yang mendukung terbentuknya majlis yang telah di perjuangkan tahkim adalah ragu terhadap kebenaran.
Bani Umayah
Adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa khulafaurrasyidin yang telah memerintah dari 661- 750 di jazirah arab dan sekitarnya beribukota di damaskus serta dari 756-1031 di cordova, spanyol sebagai khalifah cordova.
Islam di andalusia
Pada saat berada di bawah kekuasaan khalifah al walid bi abdul malik, berjalan lebih kurang 10 tahun pada tahun 711M tercatat suatu ekspansi militer dari afrika utara menuju wilayah barat daya benua eropa dan menundukkan pasukan maroko, pemimpin pasukan islam thariq bin ziyad menyebrangi selat yang memisahkan maroko dg benua eropa:
a. pasukan thariq bin ziyad berlabuh di suatu tempat yang saat ini di kenal dengan nama Gibraltar (jabal thariq).
b. adanya ekspedisi yang dilakukan oleh julian dan pasukan islam untuk menghancurkan roderick.

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

(SPANYOL)

A. Perkembangan Islam di Andalusia

Pada saat berada di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, Daulah Bani Umayyah melakukan ekspansi besar-besaran ke Barat. Pada masa pemerintahan Al-Walid yang berjalan lebih kurang sepuluh tahun, pada tahun 711 M tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya benua Eropa. Setelah menundukkan Aljazair dan Maroko, pemimpin pasukan Islam, Thariq bin Ziyad bersama pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Eropa. Pasukan Thariq bin Ziyad berlabuh di suatu tempat yang saat ini dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).Kapal-kapal yang digunakan oleh pasukan Thariq, menurut beberapa riwayat disediakan oleh Julian, Pangeran Ceuta, yang namannya cukup melegenda.
Sebelum ditakukkan oleh pasukan Islam, Spanyol diperintah oleh Raja Visigoth Roderick yang memerintah Spanyol dengan sewenang-wenang. Salah seorang keluarganya yang menjadi gubernur Ceuta, Julian, menaruh dendam kepada Roderick. Akhirnya Julian melakukan kerjasama dengan tentara Islam yang dipimpin oleh Musa bin Nushair untuk menjatuhkan Roderick.Dalam ekspedisi yang dilakukan oleh pasukan Islam tersebut, tentara Spanyol dapat dikalahkan oleh pasukan Islam. Ibu Kota Spanyol, Cordova, dengan cepat dapat dikuasai oleh pasukan Islam. Kemudian disusul oleh kota-kota lain, seperti: Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan sebagai ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.

Dalam proses penaklukan Spanyol, terdapat tiga pahlawan Islam yang sangat berjasa. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa bin Nushair. Tharif ibn Malik dapat dikatakan sebagai perintis penaklukan Spanyol. Dia menyeberangi selat yang berada antara Maroko dan benua Eropa bersama pasukan perangnya.Dikisahkan bahwa, setelah mendapat persetujuan dari Khalifah Al-Walid I, Musa bin Nushair memerintahkan panglima Tharif bin Abdul Malik an-Nakhai yang membawa 400 orang tentara dengan 100 pasukan berkuda guna melakukan penjajakan awal. Pasukan Tharif memasuki Spanyol (Andalusia) pada tahun 710 M.
Didorong oleh keberhasilan Tharif tersebut dan juga munculnya kemelut dalam kerajaan Visigothic yang menguasai Spanyol saat itu, serta didorong pula untuk memperoleh harta rampasan perang, bukan hasrat untuk menaklukkan, pada tahun 711 M, Musa bin Nushair mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.Thariq bin Ziyad adalah seorang budak Barbar yang telah dibebaskan oleh Musa bin Nushair. Ketika Raja Roderick mengetahui bahwa pasukan Thariq telah memasuki Spanyol, dia berusaha mengumpulkan pasukan penangkal sebanyak 25 ribu tentara. Menyadari jumlah musuh yang tidak seimbang, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nushair, akhirnya Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12 ribu tentara.Sebelum Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota lain, Thariq terlebih dahulu menaklukkan Arknidona, kemudian Elvira.
Thariq bin Ziyad  adalah pahlawan Islam yang dikenal sebagai penakluk Spanyol disebabkan pasukannya lebih besar serta membuahkan hasil yang nyata. Pasukan Thariq bin Ziyad sebagian besar terdiri dari suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair dan sebagian orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Al-Walid. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Pasukan Roderick porak-poranda dalam keadaan kacau, sementara nasib Roderick ditentukan diujung tombak Thariq bin Ziyad. Kemenangan yang diperoleh oleh pasukan Thariq bin Ziyad telah membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Pada tahapan selanjutnya, Musa bin Nushair ikut melibatkan diri dalam pertempuran dengan membawa pasukan dalam jumlah besar. Akhirnya satu persatu kota penting di Spanyol, seperti Sidonia, Karmona, Seville dan Merida dapat ditaklukkan.
Dikisahkan bahwa Musa bin Nushair membakar semua kapal perangnya dengan tujuan agar pasukannya tidak kembali lagi ke Afrika atau melarikan diri. Akhirnya, setelah berhasil menaklukkan Semananjung Iberia (Spanyol), Musa bin Nushair mendeklarasikan kawasan tersebut sebagai bagian dari kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus.

Kemenangan demi kemenangan yang dicapai oleh pasukan Islam di Spanyol tidak terlepas dari dua faktor; internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di negeri Spanyol sendiri. Pada saat pasukan Islam melakukan ekspansi, kondisi sosial, politik dan ekonomi di Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan. Saat itu, penguasa Gothic di Spanyol bersikap tidak toleran terhadap aliran-aliran agama yang berkembang di Spanyol. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian besar dari penduduk Spanyol dipaksa untuk dibabtis menurut ajaran Kristen. Dalam kondisi seperti itu, kaum tertindas di Spanyol menanti kedatangan juru selamat, dan juru selamat tersebut adalah pasukan Islam. Faktor lainnya yang menjadi penyebab kekalahan Roderick adalah kondisi pasukannya yang tidak mempunyai semangat perang.
Adapun faktor internal yang menyebabkan kemenangan pasukan Islam di Spanyol adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam yang terlibat dalam pasukan perang di Spanyol. Para pemimpin pasukan Islam adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Hal terpenting lainnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan dan tolong menolong sehingga masyarakat Spanyol dengan mudah bisa menerima kedatangan pasukan Islam.
Badri Yatim, dalam bukunya mengemukakan bahwa sejak berhasil ditaklukkan, Islam memainkan peranan besar di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh abad. Menurut Yatim, sejarah panjang umat Islam di Spanyol dapat dibagi ke dalam enam periode;
1. Masa Periode Para Wali (711-755 M)
Periode pemerintahan Islam pertama di Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang saat itu berpusat di Damaskus. Pada periode pertama ini, stabilitas politik di Spanyol belum sempurna dan masih terjadi berbagai gangguan, baik yang datang dari dalam, maupun dari luar Ganggguan dari dalam, di antaranya berupa perselisihan anta relit penguasa yang diakibatkan oleh perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, juga terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah Umayyah di Damaskus dengan Gubernur Afrika Utara, di mana masing-masing pihak saling klaim bahwa mereka-lah yang menguasai Spanyol. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya dua puluh kali pergantian wali (gubernur) di Spanyol dalam waktu yang singkat. Perbedaan politik tersebut juga mengakibatkan sering terjadinya perang saudara di Spanyol. Adapun gangguan dari luar berasal dari sisa-sisa musuh Islam yang ada di Spanyol. Mereka bertempat tinggal di daerah pegunungan dan tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam Spanyol. Karena sering terjadinya konflik internal dan mendapat serangan-serangan dari luar, pada periode ini Spanyol belum mampu melaksanakan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode para wali ini berakhir setelah datangnya Abdul Rahman ad-Dakhil ke Spanyol pada tahun 755 M.
2. Masa Keamiran (755-912 M)
Setelah berakhirnya periode pemerintahan para wali, untuk selanjutnya Spanyol berada di bawah pimpinan para amir (panglima atau gubernur). Pemerintahan Islam yang dipimpin oleh para amir di Spanyol tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang oleh para khalifah Abbasiyah di Bagdad.
Amir pertama yang memerintah di Spanyol setelah masa para wali adalah Abdurrahman I yang diberi gelar ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Abdurrahman ad-Dakhil masuk ke Spanyol pada tahun 755 M. Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari serangan Bani Abbasiyah yang saat itu telah berhasil menaklukkan Khilafah Bani Umayyah di Damaskus.Abdurrahman ad-Dakhil berhasil menyingkirkan Yusuf ibn Abdurrahman Al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada kekuasaan Bani Abbasiyah pada tahun 138 H/756 M. Abdurrahman ad-Dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Bani Abbasiyah dan dia memakai gelar amir, bukan khalifah.
Kekuasaan yang didirikan oleh Abdrahman ad-Dakhil mampu bertahan selama dua tiga per empat abad (756-1031). Para penguasa Spanyol pada masa Keamiran adalah: Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdul Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah bin Muhammad. Masa Keamiran di Spanyol mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan amir ke delapan, Abdurrahman III (912-961) yang merupakan pemimpin terkuat dan orang yang pertama sekali menyandang gelar khalifah. Abdurrahman III memilih sendiri gelarnya, yaitu Al-Khalifah An-Nashir li Din Allah (Khalifah penolong agama Allah).
Pada periode pemerintahan di bawah para amir, Spanyol sudah mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman ad-Dakhil pada saat itu mendirikan masjid Cordova dan juga membangun sekolah di beberapa kota besar di Spanyol. Selain Abdurrahman ad-Dakhil, beberapa amir lainnya juga telah berhasil membangun peradaban di Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam di Spanyol. Sementara itu, Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran yang telah memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasan yang mencintai ilmu pengetahuan. Pada periode ini, pemikiran filsafat juga sudah mulai masuk ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol sudah mulai marak.

Meskipun demikian, stabilitas negara pada periode pemerintahan para amir juga sempat terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan pada pertengahan abad ke-9. Namun, seluruh gereja Kristen di Spanyol tidak mendukung gerakan tersebut karena jauh sebelumnya pemerintahan Islam telah mengembangkan kebebasan beragama di Spanyol.
Gangguan politik paling serius pada masa ini justru datang dari umat Islam sendiri. Gerakan pemberontak di Toledo pada tahun 825 M telah berhasil membantuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, perseteruan antara orang Arab dan Barbar juga terus terjadi di Spanyol.
3. Masa Kekhalifahan (912-1013 M)
Periode ketiga sejarah Islam di Spanyol, dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III sampai dengan munculnya raja-raja kelompok (Muluk Thawaif). Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa muslim yang menggunakan gelar khalifah. Penggunaan gelar khalifah ini dipicu oleh kondisi Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang sedang berada dalam kemelut dengan terbunuhnya Khalifah Al-Muktadir. Menurut Abdurrahman III, penggunaan gelar khalifah pada saat itu sudah sangat tepat, setelah gelar khalifah tersebut hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun. Untuk pertama kalinya, gelar khalifah bagi penguasa Spanyol digunakan pada tahun 929 M. Ada tiga orang khalifah besar yang mengendalikan kekuasaan Islam di Spanyol, yaitu Abdurrahman III (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II (976-1009 M).
Pemerintahan Abdurrahman III dan penerusnya Al-Hakam II, kemudian dilanjutkan oleh kediktatoran Hajib al-Manshur menandai puncak kejayan muslim di Barat. Sebelum dan sesudah periode ini, sebagaimana disebut Hitti, Spanyol muslim tidak pernah mampu menggenggam pengaruh politik sedemikian rupa, baik di Eropa maupun di Afrika.
Pada periode ini, umat Islam di Spanyol berhasil mencapai puncak kejayaan dan mampu menyaingi kejayaan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini masyarakat Spanyol dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
4. Muluk at-Thawaif (1013-1086 M)

Pada periode ini, kekuasaan Islam di Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh kerjaan kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan atau Al-Muluk at-Thawaif. Pemerintahan ini terpusat di kota-kota tertentu, seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Kerajaan terbesar pada masa ini adalah Abbadiyah di Seville. Pada masa ini juga sering terjadi perang saudara antara umat Islam, bahkan ada sebagian pihak yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Disebabkan kondisi umat Islam yang lemah pada saat itu, para penguasa Kristen mulai melakukan penyerangan. Meskipun kondisi politik tidak stabil, namun pada masa Muluk at-Thawaif ini kehidupan intelektual terus mengalami perkembangan.

Kerajaan-kerajaan kecil pada masa Muluk at-Thawaif dipimpin oleh orang-orang Barbar, Slavia dan Arab. Kerajaan kecil yang terkuat pada masa ini, di antaranya: Bani Ibad di Seville, Alfasid di Bedajoz, Al-Ziri di Granada, Zu al-Nun di Toledo dan Bani Hud di Saragossa serta 38 kerajaan kecil lainnya yang tersebar di wilayah Spanyol.
Puncak berakhirnya Muluk Thawaif ditandai dengan jatuhnya Toledo ke tangan Alfonso VI (1065-1109) yang pada saat itu berada dalam pemerintahan Banu Zi an-Nun (1032-1085). Alfonso memanfaatkan pertentangan raja-raja kecil Muluk at-Thawaif dengan memberikan bantuan kepada salah satu pihak yang sedang bertikai.
5. Reconquesta (Penaklukkan Kembali)
Periode penaklukan kembali Spanyol (reconquesta) dimulai sejak jatuhnya kekhalifahan Umayyah pada abad ke-11. Namun demikian, para sejarawan Spanyol menganggap bahwa pertempuran Covadonga pada tahun 718 M yang dilakukan oleh pemimpin Asturia, Pelayo, yang berhasil memukul mundur pasukan Islam merupakan tanda dimulainya penaklukan sesungguhnya. Menurut Hitti, andai saja pasukan Islam menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Kristen di wilayah pegunungan utara, mungkin kisah Spanyol selanjutnya akan sangat berbeda.
Setelah sempat berhenti beberapa saat, karena mengurusi pertikaian internal antar pemimpin Kristen di utara, proses perebutan kembali ini menjadi lebih cepat karena Castile dan Leon telah bersatu pada tahun 1230 M. Pada paruh abad ke-13, penaklukkan kembali ini dengan pengecualian Granada hampir tuntas dijalankan. Toledo direbut pada tahun 1085 M, diikuti Cordova tahun 1236 M dan Seville pada 1248 M.
Reconquesta menampakkan dirinya sebagai sebuah gerakan yang bertujuan membebaskan negeri Spanyol dari pengaruh Islam. Gerakan ini sekaligus merupakan lambing pemberontakan umat Kristen terhadap pemerintahan Islam dan kaum muslimin. Pemberontakan tersebut telang berlangsung selama berabad-abad, akan tetapi gerakan ini tidak menyeluruh dan tanpa koordinasi dengan baik. Gerakan Reconquesta baru terlaksana secara menyeluruh dan terkoordinasi setelah akhir kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol. Gerakan ini tidak putus-putus memainkan peranannya dalam menyingkirkan Islam di Spanyol.
6. Masa Dinasti Murabithun
Gerakan Al-Murabithun dimulai sekitar tahun 1039 M oleh seorang tokoh muslim Maroko, Abdullah bin Yasin. Dia mendirikan sebuah benteng di sebuah pula di sungai Nigeria. Benteng yang disebut ribat tersebut didirikan sepanjang garis perbatasan antara dunia muslim dan non muslim. Pada saat tidak berperang, mereka menghabiskan waktu untuk berzikir kepada Allah di dalam ribat sehingga mereka disebut dengan Murabithun, yaitu orang-orang yang menghuni ribat.
Dinasti Murabithun pada awalnya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf in Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062, dia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dinasti Murabithun masuk ke Spanyol atas undangan para penguasa Islam di Spanyol yang sedang kewalahan mempertahankan kekuasaan Islam akibat serangan-serangan dari penguasa Kristen. Yusuf ibn Tasyfin bersama pasukannya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.Kondisi Spanyol yang tidak stabil saat itu akhirnya mendorong Dinati Murabithun untuk menguasai Spanyol. Akan tetapi, penguasa Dinasti Murabithun sepeninggal Yusuf ibn Tasyfin adalah orang-orang lemah sehingga pada tahun 1143 kekuasaan Dinasti Murabithun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol. Pada saat Spanyol dikuasi oleh Dinasti Murabithun, tepatnya pada tahun 1118 M, Saragossa jatuh ke tangan Kristen. Sepeninggal Dinasti Murabithun ini, di Spanyol kembali muncul dinasti-dinasti kecil yang berlangsung tiga tahun. Selanjutnya kekuasaan Dinasti Murabithun digantikan oleh Dinasti Muwahidun.
Dinasti Murabithun berhasil merebut kota-kota di Spanyol, satu per satu. Pada bulan November 1090 M, mereka berhasil merebut Granada dan disusul oleh Seville. Satu-satunya kota yang masih berada dalam kekuasaan Kristen dan tidak mampu direbut oleh Dinasti Murabithun adalah kota Toledo. Pemerintahan Dinasti Murabithun sudah mulai stabil pada tahun 1102 M dan mulai saati itu Dinasti Murabithun menjadi sebuah dinasti yang diperhitungkan sepanjang utara Afrika dan Spanyol. Keberadaan Dinasti Murabithun di Spanyol juga telah berhasil mewujudkan kepastian hukum, sehingga orang-orang Nasrani juga mendapat hak mereka sesuai hukum yang berlaku. Dalam beberapa dasawarsa kemakmuran masyarakat Spanyol terasa meningkat.
Di atas kekuasaan golongan Murabithun, yang terdiri dari para muallaf yang mewarisi tradisi Barbar memunculkan ledakan gairah keagamaan fanatik di awal abad ke-12 yang pada gilirannya merugikan kaum Kristen, Yahudi dan bahkan kaum muslimin liberal. Dalam bidang fiqh, Dinasti Murabithun menjadikan Mazhab Maliki sebagai mazhab resmi dalam pemerintahannya. Meskipun Al-Ghazali merupakan salah seorang ulama terkemuka yang mendukung Dinasti Murabithun untuk menyerang Muluk at-Thawaif, namun penguasa dinasti tersebut memasukkan karya-karya Al-Ghazali dalam daftar hitam hitam dan diperintah untuk dibakar karena dianggap dianggap tidak sejalan dengan Mazhab Maliki.
Selama lebih dari setengah abad, kekuasaan Murabithun begitu kuat di Afrika Barat Daya dan Spanyol Selatan. Untuk pertama kalinya seorang Barbar memainkan peran penting di panggung dunia. Selama menguasai Spanyol, Dinasti Murabithun telah menyelamatkan umat Islam dari serangan Kristen, atau setidaknya mereka telah mampu menunda kehancuran Islam di Spanyol. Dinasti Murabithun juga berhasil mengalahkan perlawanan Alfonso IV.
Dinasti Murabithun di Spanyol berumur pendek, kekuasaan dinasti tersebut dilingkupi oleh lingkar nasib kerajaan-kerajaan Asiatik dan Afrika, oligarki militer yang efesien dan diikuti kemalasan dan korupsi yang mengarah pada disintegrasi dan kejatuhan.
7. Masa Dinasti Muwahhidun
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Ibn Tumart yang wafat pada 1128 M. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M beberapa kota penting, seperti Cordova, Almeria dan Granada berhasil direbut oleh Dinasti Muwahhidun. Selama berkuasa di Spanyol, Dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.
Muhammad ibn Tumart yang digelari dengan Al-Mahdi, berkeinginan memulihkan Islam ke dalam bentuknya yang asli. Dia mengajarkan kepada para pengikutnya tentang doktrin tauhid, keesahan Tuhan dan konsep sritual tentang Tuhan. Langkah ini merupakan bentuk protes kepada antromorfisme yang berlebihan dan telah menyebar di kalangan umat Islam kala itu.
Setelah Abdul al-Mu’min meninggal (1163 M), penguasa al-Muwahhidun terbesar lainnya adalah Abu Yusuf Ya’qub al-Mansur (1184-1199 M). Pada masa ia berkuasa, Seville dijadikan sebagai ibu kota kerajaan untuk Spanyol. Dia juga membantu kaum muslimin di Mesir yang sedang melawan tentara Salib dengan mengirim 180 kapal kepada Salahuddin al-Aiyubi. Masa pemerintahan al-Mansur ini dipandang sebagai masa keemasan bagi Dinasti Muwahhidun.
Perhatian utama Dinasti Muwahhidun adalah memenangi perang suci melawan Kristen di Spanyol. Namun keinginan tersebut tidak berhasil dicapai.[  Disebabkan beberapa kakalahan yang dialami oleh Dinasti Muwahhidun, akhirnya para penguasa Dinasti ini memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Pasca ditinggalkan oleh Dinasti Muwahhidun, keadaan Spanyol kembali kacau di bawah kekuasaan raja-raja kecil. Kondisi tersebut menyebabkan umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan pasukan Kristen. Pada tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan Kristen dan disusul oleh Seville pada tahun 1248 M. Akhirnya, seluruh Spanyol, kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
8. Masa Bani Ahmar (1232-1492 M)
Pada periode keenam sejarah Islam di Spanyol, umat Islam hanya berkuasa di daerah Granada yang dipimpin oleh Bani Ahmar. Pemerintah bani Ahmar berdiri dan berkuasa di Spanyol selama 2,5 abad yang dipimpin oleh 32 orang Khalifah. Pada awalnya pergantian kepemimpinan dilakukan dengan rasa ikhlas, tetapi lama kelamaan disebabkan nafsu terhadap kemewahan banyak yang menyodorkan diri sebagai pemimpin. Kondisi ini akhirnya menyebabkan terjadinya pergolakan politik dalam istana.
Pada masa Bani Ahmar, peradaban Islam di Granada mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nashir, tetapi sayangnya dinasti ini hanya memiliki wilayah kekuasaan yang kecil. Kejayaan Bani Ahmar, mencapai puncaknya pada masa sultan Muhammad V Al-Ghani Billah yang merupakan sultan ke delapan. Orang yang berusaha mengembangkan tamaddun Islam di Spanyol terbagi kepada dua golongan. Pertama, golongan Arab dan ahli pikir yang pindah ke Spanyol pada saat Islam masuk ke sana. Kedua, adalah golongan yang lahir di Spanyol sendiri. Golongan kedua ini adalah gabungan antara pendatang dengan rakyat pribumi Islam di Spanyol. Kebudayaan umat Islam di Spanyol terhenti ketika terjadinya kemelut di lingkungan istana akibat perebutan kekuasaan. Hal ini menyebabkan hilangnya pamor Granada yang terkenal dengan peradaban dan keunikan bangunannya. Bangunan megah terakhir yang didirikan oleh umat Islam di Spanyol adalah istana Alhamra yang diselesaikan pada masa Sultan Muhammad Al-Ghani Billah. Pada masa pemerintahan selanjutnya, kebudayaan umat Islam di Spanyol tidak lagi menonjol. Kekuasaan Islam yang merupakan benteng terakhir umat Islam di Spanyol ini berakhir setelah terjadi konflik internal di tubuh Bani Ahmar. Abu Abdullah Muhammad yang merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain untuk menjadi raja, akhirnya melakukan pemberontakan yang mengakibatkan ayahnya terbunuh. Kemudian pemerintahan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinad dan Isabella untuk menjatuhkan pemerintahan Muhammad ibn Sa’ad. Akhirnya, dua penguasa Kristen ini berhasil menjatuhkan penguasa yang sah dan kemudian digantikan oleh Abu Abdullah. Namun pada perkembangan selanjutnya, Ferdinand dan Isabella berkeinginan untuk merebut kekuasaan Bani Ahmar yang merupakan kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol.
Tak lama setelah Muhammad XII (Zaghall) dikalahkan, Abu Abdullah diminta oleh Ferdinand untuk menyerahkan kota yang baru dikuasainya. Pada musim semi tahun berikutnya, Ferdinand bersama 10.000 tentara berkuda kembali memasuki Granada dan menghancurkan lading-ladang pertanian dan kebun buah-buahan. Kemudian Ferdinand mengepung benteng pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol dengan sangat rapat dengan maksud agar penguasa muslim tersebut segera menyerah.
Setelah mendapat serangan dari pasukan Kristen tersebut, akhirnya Abu Abdullah menyerahkan kekuasaan Bani Ahmar kepada Ferdinand dan Isabella, Abu Abdullah sendiri terpaksa hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1609 M.

Sebelumnya, pada saat pasukan muslim telah menyatakan menyerah, penguasa Kristen memberikan beberapa syarat kepada umat Islam di Spanyol. Pertama, sultan beserta pejabatnya harus mengucapkan sumpah setia kepada raja-raja Castile. Kedua, Abu Abdillah akan menerima sebidang tanah di al-Basyarat. Ketiga, orang Islam dijamin keamanannya oleh hukum mereka dan bebas menjalankan ajaran agamanya. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, raja tertinggi dari penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella melanggar syarat kesepakatan perlindungan. Di bawah kepemimpinan pendeta kepercayaan Isabella, yang bernama Kardinal Ximenez de Cisneros, kampanye untuk memaksa perpindahan agama pun dilakukan, tepatnya pada tahun 1499. Kardinal tersebut menarik buku-buku tentang Islam dan membakarnya. Saat itu, Granada menjadi medan api tempat pembakaran naskah-naskah Arab. Semua orang muslim yang tetap tinggal di Spanyol setelah penaklukkan Granada disebut sebagai Moriscos, sebuah nama yang awalnya diterapkan kepada orang Spanyol yang memeluk Islam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar